Tampilkan postingan dengan label OBSERVASI KESESUAIAN LAHAN WISATA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label OBSERVASI KESESUAIAN LAHAN WISATA. Tampilkan semua postingan

OBSERVASI KESESUAIAN LAHAN WISATA - METODOLOGI KEGIATAN



A. Lokasi dan Waktu Kegiatan
1. Tempat
tergantung dari lokasi yang diinginkan atau sesuai dengan sasaran observasi.
2. Alokasi Waktu
sesuaikan dengan kebutuhan tercapainya kebutuhan observasi dan kesanggupan biaya.

B. Bentuk dan Strategi Bentuk penelitian ini mengikuti paradigma penelitian kualitatif yaitu metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan gejala-gejala yang diamati, sedangkan hasilnya diutamakan dapat memberikan gambaran keadaan sebenarnya dari objek yang diteliti dan kemudian diinterpretasi atau dianalisis. Gambaran keadaan sebenarnya dari objek yang diteliti adalah mengenai kualitas dan karakteristik lahan yang akan digunakan sebagai parameter kesesuaian lahan peruntukan khusus tempat berkemah dan tempat piknik.

C. Sumber Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini berasal dari dua sumber yaitu data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari objek yang diteliti melalui pengamatan dan pengukuran di lapangan. Data primer dalam penelitian ini adalah parameter kesesuaian lahan yang meliputi:
· Drainase
· Keadaan banjir
· Permeabilitas
· Kemiringan lereng
· Tekstur
· Kerikil dan kerakal
· Batuan permukaan
· Singkapan batuan
· Serta data yang terkait aspek sosial kemasyarakatan, kelembagaan, pengembangan
2. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari pihak lain seperti instansi-instansi atau lembaga-lembaga yang terkait, perpustakaan, arsip perorangan yang menunjang penelitian. Sumber data yang digunakan untuk mengetahui tentang:
· Jenis batuan dan persebarannya yang diperoleh dari Peta Geologi skala 1:100.000
· Kemiringan lereng yang diperoleh dari citra DEM (Digital Elevation Model) Aster skala 30 pixel.
· Jenis tanah yang diperoleh dari Peta Tanah skala 1 : 50.000
· Penggunaan lahan yang diperoleh dari Peta Penggunaan Lahan skala 1 : 25.000
· Lokasi penelitian diperoleh dari Peta Administrasi skala 1 :25.000
· Data curah hujan dan temperatur daerah penelitian.
· Data statistik kependudukan.

D. Alat dan Bahan
1. Alat Pengukuran Lapangan
Alat penggali:
· Cangkul
· Sekop
· Ganco untuk tanah berbatu
· Palu Geologi
Desktipsi tanah:
· Pisau tanah
· Kaca pembesar/suryakanta (pembesaran 10x)
· Botol air
· Meteran (Roll meter)
· Sabuk Profil (meteran berukuran lebar 3 – 5 cm, panjang 3 meter)
· Pengukur pH (pH meter Troug, atau kertas lakmus)
· Papan alas tulis lapangan
· Alat-alat tulis (ball point + pensil + spidol permanent, stip, dll)
· Kamera Pocket, maupun DSLR
· Botol masing-masing berisi (a) Larutan αα’-dipyridil, (b) HCl, (c) H2O2, (d) NaF
· Kantong plastic tebal berkapasitas 2 kg
· Ring sample
· Kartu label + tali
· Karet gelang
· Stapler
Deskripsi lokasi:
· Kompas
· GPS
· Klinometer atau abney-hand level
· Stereoskop Saku
· Altimeter
· Buku catatan
· Form/quisioner lapangan (terlampir)
Referensi lapangan:
· Buku panduan deskripsi lapangan
· Buku Keys to Soil Taxonomy, munsell colour for geology, dan munsell colour for soil
· Foto udara, Peta Topografi, Peta Geologi, Peta Pengamatan
2. Alat Laboratorium
· Untuk menentukan permeabilitas tanah : tabung kuningan, gelas ukur, penyaring dan air bersih.
· Untuk penetapan bahan organik digunakan alat : timbangan, tabung erlenmeyer250 ml, pipet tetes dan alat untuk penetrasi.
· Untuk analisis tekstur tanah : gelas piala 800 ml, ayakan 2 mm, gelas silinder 500 ml, hidrometer, pinggang aluminium, saringan 0,05 mm, sprayer, mesin pengocok/pengaduk corong plastik, oven tanah 1050C, neraca analitik ketelitian 4 desimal, dan tissu roll.
· Kaca pembesar (loupe), untuk interpretasi citra foto udara hitam putih.
· Komputer/laptop

E. Teknik Sampling dan Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik sampling

Metode pengambilan sampel pada kegiatan ini menggunakan Probability Sampling yaitu cara pengambilan sampel dengan memberikan kemungkinan atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur populasi untuk dipilih (Moh. Pabundu Tika, 1997). Teknik sampling yang digunakan adalah sampel area atau Area sampling karena daerah penelitian mempunyai populasi yang tersebar pada suatu wilayah yaitu satu kecamatan. Sampel diambil pada setiap satuan lahan untuk memperoleh data tentang parameter kesesuaian lahan. Pembuatan peta satuan lahan diperoleh dengan cara overlay Peta Geologi, Peta Lereng, Peta Tanah dan Peta Penggunaan Lahan.
2. Observasi lapangan Observasi lapangan adalah cara pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pengukuran terhadap objek yang diteliti. Objek yang diteliti berupa kualitas dan karakteristik lahan yang meliputi: drainase, permeabilitas, kemiringan lereng, tektur, kerikil dan kerakal, batuan permukaan dan singkapan batuan.
3. Wawancara 
Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal. Merupakan sebuah percakapan yang bertujuan memperoleh informasi. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui parameter kesesuaian lahan yang tidak dapat diamati langsung di lapangan tetapi harus ditanyakan kepada penduduk setempat contohnya seperti keadaan banjir, karena penduduk setempat lebih mengetahui keadaan alam di daerah penelitian juga informasi lainnya seperti tingkat partisipasi masyarakat dalam pengembangan wisata.
4. Pengumpulan data sekunder Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait, perpustakaan dan arsip perorangan.Sumber data yang dikumpulkan adalah Peta Geologi, Peta Topografi, Peta Administrasi, Peta Penggunaan Lahan, Peta Tanah, keadaan air tanah, keadaan curah hujan dan temperatur daerah penelitian.
5. Laboratorium Penelitian laboratorium adalah penelitian yang dilakukan di dalam ruangan dengan terlebih dahulu mengambil sampel di lapangan. Dalam penelitian ini, paramater kesesuaian lahan yang diteliti di laboratorium adalah permeabilitas dengan menggunakan alat permeameter.

F. Analisis Data Data mengenai kualitas dan karakteristik lahan dari hasil pelaksanaan survey di lapangan kemudian dianalisis dan diklasifikasikan. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara matching yaitu dengan cara membandingkan antara kualitas dan karakteristik lahan pada tiap-tiap satuan lahan dengan persyaratan penggunaan lahan untuk wisata alam.
Proses matching tersebut menghasilkan peta kesesuaian lahan peruntukan khusus tempat berkemah dan tempat piknik pada setiap satuan lahan untuk mendukung kegiatan wisata alam. Penentuan kelas kesesuaian lahan setiap satuan lahan berdasarkan kelas paling rendah mengenai parameter kualitas dan karakteristik lahan yang ada.

G. Prosedur Kegiatan
1. Tahap persiapan

Tahap persiapan pada penelitian ini meliputi studi literatur yang menunjang penelitian, kemudian persiapan perijinan dan administrasi untuk dapat membantu kelancaran dalam melaksanankan penelitian di lapangan.
2. Tahap interpretasi awal
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah interpretasi awal Peta Geologi skala 1:100.000, Peta Tanah skala 1:50.000, Peta Penggunaan Lahan skala 1:25.000, dan Peta Topografi skala 1:25.000 untuk mendapatkan peta satuan lahan. Interpretasi peta ini dilakukan dengan cara overlay atau tumpang susun peta, dengan menyamakan terlebih dahulu skalanya menjadi 1:80.000. Proses menyamakan skala peta ini menggunakan Sistem Informasi Geografi, sehingga suatu areal lahan yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu dapat digambarkan batas-batasnya. Dari hasil overlay tersebut diperoleh peta satuan lahan tentatif yang perlu diuji kebenarannya di lapangan, setelah dilakukan uji lapangan dapat ditentukan lokasi titik sampel yang akan diambil setiap satuan lahannya
3. Tahap observasi lapangan Pada tahap observasi lapangan kegiatan yang dilakukan adalah pengamatan dan pengukuran parameter kesesuaian lahan yang digunakan dalam penelitian.
4. Tahap analisis data Data tentang kualitas dan karakteristik lahan yang diperoleh di lapangan kemudian dianalisis dan diklasifikasikan dengan tabulasi sesuai dengan kepentingan. Analisis yang dilakukan secara kualitatif mengenai sifat-sifat lahan di daerah pengamatan.
5. Tahap Interpretasi akhir
Pada tahap ini data tentang kualitas dan karakteristik lahan yang sudah dianalisis dan diklasifikasikan, dibandingkan dengan persyaratan penggunaan lahan untuk rekreasi dengan penggunaan khusus tempat berkemah dan tempat piknik. Dari hasil perbandingan tersebut diketahui kelas kesesuaian lahan setiap satuan lahan yang ada.
6. Tahap akhir Setelah hasil interpretasi akhir diketahui maka dapat dilakukan penulisan laporan sebagai hasil akhir dari kegiatan penelitian. Skema alir penelitian dapat di lihat pada Gambar 3 berikut ini. 


Gambar 3 Skema Alir Penelitian

OBSERVASI KESESUAIAN LAHAN WISATA - Daftar Pustaka



  

Daftar Pustaka

A. Van Wambeke and T.R. Forbes. 1986. Guidelines for Using “Soil Taxonomy” in The Names of Soil Map Units. Soil Conservation Service, USDA. SMSS Technical Monograph No. 10.

Arsyad, Sitanala. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB. Bogor.
Braak C. 1928. The Climate of The Netherlands Indies. Proc. Royal Mogn. Meteor. Observ. Batavia, Bunting ES.
Djaenudin, D., Marwan H., Subagyo H., dan A. Hidayat. 2003. Petunjuk Teknis untuk Komoditas Pertanian. Edisi Pertama tahun 2003, ISBN 979-9474-25-6. Balai Penelitian Tanah, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor, Indonesia.
FAO, 1976. Framework For Land Evolution. FAO Soils Bulletin.Soil Resources Management and Conservation Service Land and Water Development Division.
Jamulya dan Woro Suprojo, 1993. Pengantar Geografi Tanah. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Hardjowigeno, Sarwono. 1982. Ilmu Tanah. Jakarta : Mediyatama Sarana Perkasa.
Oldeman, L. 1975. An agroclimate map of Java and Madura. Contributions of the. Central Research Institute for Agriculture. Bogor, Indonesia.
Pabundu Tika, Moh. 1997. Metode Penelitian Geografi. Jakarta : Gramedia Pustaka Buana.
Puslittanak. 1997. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Tingkat Tinjau (skala 1:250.000). Puslittanak, Bogor, Indonesia.
Ritung S, Wahyunto, Agus F, Hidayat H. 2007. Panduan Evaluasi Kesesuaian Lahan dengan Contoh Peta Arahan Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh Barat. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre (ICRAF), Bogor, Indonesia.
Rossiter, D. G., and A. R. Van Wambeke. 1997. Automated Land Evaluation System. ALES Version 4.5. User Manual. Cornell University, Departement of Soil Crop & Atmospheric Sciences. SCAS. Teaching Series No. 193-2. Revision 4. Ithaca, NY, USA.
Sastrawati, Isfa (2003), Prinsip Perancangan Kawasan Tepi Air, Juranal Perencanaan Wilayah dan Kota, PWK ITB Bandung
Sitorus, R. P. S, 1985. Evaluasi Sumber Daya Lahan. Tarsito, Bandung.
Yoeti, Oka,A. 1997. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata, Pradnya Paramita, Jakarta

OBSERVASI KESESUAIAN LAHAN WISATA - KUALITAS DAN KARAKTERISTIK LAHAN




Kualitas lahan adalah sifat-sifat pengenal atau attribute yang bersifat kompleks dari sebidang lahan. Setiap kualitas lahan mempunyai keragaan (performance) yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi penggunaan tertentu dan biasanya terdiri atas satu atau lebih karakteristik lahan (land characteristics). Kualitas lahan ada yang bisa diestimasi atau diukur secara langsung di lapangan, tetapi pada umumnya ditetapkan berdasarkan karakteristik lahan (FAO, 1976). Hubungan antara kualitas dan karakteristik lahan diberikan pada Tabel 1.

Karakteristik lahan yang erat kaitannya untuk keperluan evaluasi lahan dapat dikelompokkan ke dalam 3 faktor utama, yaitu topografi, tanah dan iklim. Karakteristik lahan tersebut (terutama topografi dan tanah) merupakan unsur pembentuk satuan peta tanah.


A.      Topografi
Topografi yang dipertimbangkan dalam evaluasi lahan adalah bentuk wilayah (relief) atau lereng dan ketinggian tempat di atas permukaan laut. Relief erat hubungannya dengan faktor pengelolaan lahan dan bahaya erosi. Sedangkan faktor ketinggian tempat di atas permukaan laut berkaitan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang berhubungan dengan temperatur udara dan radiasi matahari. Relief dan kelas lereng disajikan pada Tabel 2.

 
Ketinggian tempat diukur dari permukaan laut (dpl) sebagai titik nol. Dalam kaitannya dengan tanaman, secara umum sering dibedakan antara dataran rendah (<700 m dpl.) dan dataran tinggi (> 700 m dpl). Namun dalam kesesuaian tanaman terhadap ketinggian tempat berkaitan erat dengan temperatur dan radiasi matahari. Semakin tinggi tempat di atas permukaan laut, maka temperatur semakin menurun. Demikian pula dengan radiasi matahari cenderung menurun dengan semakin tinggi dari permukaan laut.

 
B.      Iklim
1.       Suhu udara
Tanaman kina dan kopi, misalnya, menyukai dataran tinggi atau suhu rendah, sedangkan karet, kelapa sawit dan kelapa sesuai untuk dataran rendah. Pada daerah yang data suhu udaranya tidak tersedia, suhu udara diperkirakan berdasarkan ketinggian tempat dari permukaan laut. Semakin tinggi tempat, semakin rendah suhu udara rata-ratanya dan hubungan ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus Braak (1928):

26,3⁰ C (0,01 x elevasi dalam meter x 0,6⁰ C) ……………………….[1]

Suhu udara rata-rata di tepi pantai berkisar antara 25-27 C.

2.       Curah hujan
Data curah hujan diperoleh dari hasil pengukuran stasiun penakar hujan yang ditempatkan pada suatu lokasi yang dianggap dapat mewakili suatu wilayah tertentu. Pengukuran curah hujan dapat dilakukan secara manual dan otomatis. Secara manual biasanya dicatat besarnya jumlah curah hujan yang terjadi selama 1 (satu) hari, yang kemudian dijumlahkan menjadi bulanan dan seterusnya tahunan. Sedangkan secara otomatis menggunakan alat-alat khusus yang dapat mencatat kejadian hujan setiap periode tertentu, misalnya setiap menit, setiap jam, dan seterusnya.
 
Untuk keperluan penilaian kesesuaian lahan biasanya dinyatakan dalam jumlah curah hujan tahunan, jumlah bulan kering dan jumlah bulan basah. Oldeman (1975) mengelompokkan wilayah berdasarkan jumlah bulan basah dan bulan kering berturut-turut. Bulan basah adalah bulan yang mempunyai curah hujan >200 mm, sedangkan bulan kering mempunyai curah hujan <100 mm. Kriteria ini lebih diperuntukkan bagi tanaman pangan, terutama untuk padi. Berdasarkan kriteria tersebut Oldeman (1975) membagi zone agroklimat kedalam 5 kelas utama (A, B, C, D dan E). Sedangkan Schmidt & Ferguson (1951) membuat klasifikasi iklim berdasarkan curah hujan yang berbeda, yakni bulan basah (>100 mm) dan bulan kering (<60 mm). Kriteria yang terakhir lebih bersifat umum untuk pertanian dan biasanya digunakan untuk penilaian tanaman tahunan.



C.      Tanah
Faktor tanah dalam evaluasi kesesuaian lahan ditentukan oleh beberapa sifat atau karakteristik tanah di antaranya drainase tanah, tekstur, kedalaman tanah dan retensi hara (pH, KTK), serta beberapa sifat lainnya diantaranya alkalinitas, bahaya erosi, dan banjir/genangan.

1.       Drainase tanah
Drainase tanah menunjukkan kecepatan meresapnya air dari tanah atau keadaan tanah yang menunjukkan lamanya dan seringnya jenuh air.

Kelas drainase tanah disajikan pada Tabel 3. Kelas drainase tanah yang sesuai untuk sebagian besar tanaman, terutama tanaman tahunan atau perkebunan berada pada kelas 3 dan 4. Drainase tanah kelas 1 dan 2 serta kelas 5, 6 dan 7 kurang sesuai untuk tanaman tahunan karena kelas 1 dan 2 sangat mudah meloloskan air, sedangkan kelas 5, 6 dan 7 sering jenuh air dan kekurangan oksigen.


Keadaan penampang tanah pada tanah-tanah yang berdrainase baik, agak baik, agak terhambat dan sangat terhambat disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Keadaan penampang tanah berdasarkan keadaan drainase.
(sumber: Ritung, Sofyan et al, 2007)
 
2.       Tekstur
Tekstur merupakan komposisi partikel tanah halus (diameter ≤ 2 mm) yaitu pasir, debu dan liat. Tekstur dapat ditentukan di lapangan seperti disajikan pada Tabel 4, atau berdasarkan data hasil analisis di laboratorium dan menggunakan segitiga tekstur seperti disajikan pada Gambar 2.

Pengelompokan kelas tekstur adalah:

Halus (h)                              : Liat berpasir, liat, liat berdebu
Agak halus (ah)                    : Lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu
Sedang (s)                           : Lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu, debu
Agak kasar (ak)                   : Lempung berpasir
Kasar (k)                             : Pasir, pasir berlempung
Sangat halus (sh)                  : Liat



Gambar 2. Segitiga tekstur tanah
 (sumber: Ritung, Sofyan et al, 2007)

 3.    Bahan kasar
Bahan kasar adalah persentasi kerikil, kerakal atau batuan pada setiap lapisan tanah, dibedakan menjadi (Ritung, Sofyan et al, 2007):
·         sedikit                   : < 15 %
·         sedang                  : 15 - 35 %
·         banyak                 : 35 - 60 %
·         sangat banyak       : > 60 %

4.      Kedalaman tanah
Kedalaman tanah, dibedakan menjadi (Ritung, Sofyan et al, 2007):
·         sangat dangkal : < 20 cm
·         dangkal            : 20 - 50 cm
·         sedang             : 50 - 75 cm
·         dalam              : > 75 cm
 
5.     Ketebalan gambut
Ketebalan gambut, dibedakan menjadi (Ritung, Sofyan et al, 2007):
·         Tipis                   : < 60 cm
·         sedang                : 60 - 100 cm
·         agak tebal          : 100 - 200 cm
·         tebal                  : 200 - 400 cm
·         Sangat tebal       : > 400 cm

6.       Alkalinitas
Menggunakan nilai persentase natrium dapat ditukar (exchangeable sodium percentage atau ESP) yaitu dengan perhitungan (Ritung, Sofyan et al, 2007):

………………………………… [2]


Nilai ESP 15% sebanding dengan nilai sodium adsorption ratio atau SAR 13:
 
………………………………… [3]



7.       Bahaya erosi
Tingkat bahaya erosi dapat diprediksi berdasarkan kondisi lapangan, yaitu dengan cara memperhatikan adanya erosi lembar permukaan (sheet erosion), erosi alur (rill erosion), dan erosi parit (gully erosion). Pendekatan lain untuk memprediksi tingkat bahaya erosi yang relatif lebih mudah dilakukan adalah dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang (rata-rata) pertahun, dibandingkan tanah yang tidak tererosi yang dicirikan oleh masih adanya horizon A. Horizon A biasanya dicirikan oleh warna gelap karena relatif mengandung bahan organik yang lebih tinggi. Tingkat bahaya erosi tersebut disajikan dalam Tabel 5.
 
8.       Bahaya banjir/genangan
Banjir ditetapkan sebagai kombinasi pengaruh dari: kedalaman banjir (X) dan lamanya banjir (Y). Kedua data tersebut dapat diperoleh melalui wawancara dengan penduduk setempat di lapangan. Bahaya banjir dengan simbol Fx,y. (dimana x adalah simbol kedalaman air genangan, dan y adalah lamanya banjir) disajikan dalam Tabel 6.



9.       Kemasaman tanah
Ditentukan atas dasar pH tanah pada kedalaman 0-20 cm dan 20-50 cm (Tabel 7).




D.      Sosial, Kelembagaan dan Pengembangan
Aspek-aspek sosial (manusia) utamanya aspek sosial kemasyarakatan, kelembagaan dan pengembangan, di kumpulkan dengan menggunakan metode wawancara langsung terhadap pihak instansi, akademisi, pengelola obyek, maupun masyarakat setempat. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kebijakan-kebijakan maupun masukan-masukan terkait pengembangan pariwisata di Objek Wisata, sehingga nantinya dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam melakukan proses analisis dan penentuan arahan pengembangan. Berikut tabel 8 menyajikan keperluan teknik wawancara:



Selain metode wawancara pengamatan observasi  lapangan juga memerlukan sebuah pengelolaan dalam proses pengamatan lapangan yang  dilakukan  secara langsung  pada  Objek  Wisata  yang diamati.  Data  ini  akan  digunakan  sebagai input  untuk  mengetahui  karaktetistik  supply  pada  objek  wisata  sehingga nantinya dapat digunakan dalam penentuan arahan pengembangan objek wisata. Pada tabel 9 berikut tersaji keperluan pengamatan observasi lapangan yang dimodifikasi dari Yoeti (1997) dan Sastrawati (2003):


OBSERVASI KESESUAIAN LAHAN WISATA - PENDAHULUAN

PENDAHULUAN | KUALITAS DAN KARAKTERISTIK LAHAN | KRITERIA | METODOLOGI KEGIATAN | DAFTAR PUSTAKA | FORM KUISIONER | PENGUKURAN FISIK LAHAN DI LAPANGAN | PENGUKURAN pH TANAH



A.  Evaluasi Sumberdaya Lahan dalam Kajian Geografi
Adalah sebuah kecerobohan bagi semua cabang ilmu pengetahuan dan teknologi yang dalam penerapannya tidak memahami dan menerapkan hakikat dan konsep geografi (buta geografi). Bahwa semua cabang ilmu pengetahuan empiris yang masing-masing mempelajari gejala (phenomena) di permukaan bumi tanpa memahami dan peduli sistem interrelasi, interaksi, dan interdependensi bagian permukaan bumi (space, area, wilayah, kawasan) itu dengan manusia pasti akan membuat kerusakan di muka bumi. Ilmu pengetahuan ekonomi misalnya yang paling depan kepada usaha pemenuhan kebutuhan manusia, sepanjang sejarahnya hingga kini, belum mampu menawarkan kepastian-kepastian, bahkan sering berhadapan dengan ketidak pastian dalam usahanya mensejahterakan manusia. Bahkan di satu sisi ilmu ekonomi telah melahirkan teknik-tehnik (trik-trik) bagi manusia berbuat serakah dalam mengelola sumberdaya alam dan sumberdaya manusia. Para ahli ekonomi masih terperangkap dalam pertarungan ideologi dan sistem ekonomi politik, kapitalisme dan sosialisme.

      Ada dua hal yang penting untuk dipahami dalam geografi, yaitu:
a.   Obyek material studi geografi yaitu geosfer terdiri dari lithosfer, hidrosfer, atmosfer, biosfer dan antroposfer.
b.   Obyek formal geografi yaitu pendekatan geografi terdiri dari pendekatan keruangan (patial approach), pendekatan ekologi (ecological approach) dan pendekatan kompleks wilayah (regional compleks approach).

Geografi mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya pada suatu ruang dan waktu. Dengan demikian materi geografi bersumber dari keadaan nyata di muka bumi baik gejala fisis maupun sosial. Maka pelajaran geografi tidak cukup di dalam kelas saja, tetapi perlu diaktualisasikan di lapangan sebagai pengalaman belajar yang sesungguhnya.

Dalam kajian Geografi, evaluasi lahan tidak terbatas hanya pada penilaian karakteristik lingkungan, tetapi mencakup analisis ekonomi, sosial dan dampak lingkungan. Evaluasi lahan merupakan penghubung anatara berbagai aspek kualitas fisik, biologi dan teknologi penggunaan lahan dengan tujuan sosial ekonominya.

Fungsi evaluasi lahan memberikan pengertian tentang hubungan antara kondisi lahan dan penggunaannya serta memberikan kepada perencana berbagai perbandingan dan alternatif pilihan pengunaan yang dapat diharapkan berhasil, dengan demikian manfaat mendasar dari evaluasi lahan adalah untuk menilai kesesuain lahan bagi suatu penggunaan tertentu serta memprediksi konsekuensi-konsekuensi dari perubahan penggunaan lahan yang mungkin dilakukan. Kegunaan terinci dari evaluasi lahan sangat beragam ditinjau dari konteks fisik, ekonomi, sosial, intensitas dan skala dari studi itu sendiri, tujuan serta manfaat bagi si pemakai.

Geografi mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya pada suatu ruang dan waktu. Dengan demikian materi geografi bersumber dari keadaan nyata di muka bumi baik gejala fisis maupun sosial. Maka pelajaran Evaluasi Sumberdaya Lahan di geografi tidak cukup di dalam kelas saja, tetapi perlu diaktualisasikan di lapangan sebagai pengalaman belajar yang sesungguhnya. Oleh karena itu agar pembelajaran Evaluasi Sumberdaya Lahan bagi mahasiswa geografi dapat berhasil dengan baik perlu diadakan kegiatan studi lapangan atau Praktikum Lapangan dengan dipersiapkan secara matang dari segi prosedur (strategi), materi dan pembimbingan sehingga diharapkan dapat diperoleh hasil yang optimal.


B.  Konsep dan Topik Dasar Mengenai Lahan

Pada dasarnya evaluasi sumber daya lahan membutuhkan keterangan-keterangan yang menyangkut tiga aspek utama, yaitu: lahan, penggunaan lahan, dan aspek ekonomi. Evaluasi lahan adalah proses penilaian penampilan atau keragaan (perfomance) lahan jika dipergunakan untuk tujuan tertentu, meliputi pelaksanaan dan interpretasi survei dan studi bentuklahan, tanah, vegetasi, iklim, dan aspek lahan lainnya, agar dapat mengidentifikasi, dan membuat perbandingan berbagai penggunaan lahan yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976 dalam Arsyad, 1989).

Evaluasi sumber daya lahan memiliki arti yang sangat penting dimana evaluasi sumberdaya lahan menurut Sitorus (1995), berfungsi untuk memberikan pengertian tentang hubungan-hubungan antara kondisi lahan dan penggunaannya serta memberikan kepada perencana berbagai perbandingan dan alternatif pilihan penggunaan yang dapat diharapkan berhasil.

Lahan merupakan bagian dari bentang alam yang mencakup pengertian lingkungan fisik temasuk iklim, topografi, hidrologi bahkan keadaan vegetasi alami yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan. Lahan dalam arti yang lebih luas termasuk yang telah diolah oleh aktivitas manusia baik masa lalu maupun masa kini (Arsyad, 1989). Evaluasi lahan adalah proses penilaian, penampilan atau keragaan (perfomance) lahan untuk tujuan tertentu, meliputi pelaksanaan dan interpretasi survei dan studi bentuklahan, tanah, vegetasi, iklim dan aspek lahan lainnya agar dapat mengidentifikasi dan mengadakan perbandingan berbagai penggunaan lahan yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976 dalam Arsyad, 1989).

Evaluasi lahan bertujuan untuk mengetahui potensi atau nilai dari suatu areal untuk penggunaan tertentu yang memberikan harapan positif. Evaluasi tidak terbatas hanya pada penilaian karakteristik lingkungan, tetapi mencakup analisis-analisis ekonomi, sosial, dan dampak lingkungan (Worosuprodjo, S, 1997). Evaluasi lahan merupakan penghubung antara berbagai aspek kualitas fisik, biologi, dan teknologi penggunaan lahan dengan tujuan sosial ekonominya (Jamulya, Yunianto, 1993).

      1.   Konsep evaluasi dan kesesuaian lahan 

Evaluasi lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji. Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi dan/atau arahan penggunaan lahan sesuai dengan keperluan.

Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini (kesesuaian lahan aktual) atau setelah diadakan perbaikan (kesesuaian lahan potensial).

Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan berdasarkan data sifat biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan tersebut diberikan masukan-masukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala. Data biofisik tersebut berupa karakteristik tanah dan iklim yang berhubungan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang dievaluasi. Kesesuaian lahan potensial menggambarkan kesesuaian lahan yang akan dicapai apabila dilakukan usaha-usaha perbaikan. Lahan yang dievaluasi dapat berupa hutan konversi, lahan terlantar atau tidak produktif, atau lahan pertanian yang produktivitasnya kurang memuaskan tetapi masih memungkinkan untuk dapat ditingkatkan bila komoditasnya diganti dengan tanaman yang lebih sesuai.

           2. Klasifikasi kesesuaian lahan

Struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka FAO (1976) dapat dibedakan menurut tingkatannya, yaitu tingkat Ordo, Kelas, Subkelas dan Unit. Ordo adalah keadaan kesesuaian lahan secara global. Pada tingkat ordo kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai (S=Suitable) dan lahan yang tidak sesuai (N=Not Suitable).

Kelas adalah keadaan tingkat kesesuaian dalam tingkat ordo. Berdasarkan tingkat detail data yang tersedia pada masing-masing skala pemetaan, kelas kesesuaian lahan dibedakan menjadi: (1) Untuk pemetaan tingkat semi detail (skala 1:25.000-1:50.000) pada tingkat kelas, lahan yang tergolong ordo sesuai (S) dibedakan ke dalam tiga kelas, yaitu: lahan sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), dan sesuai marginal (S3). Sedangkan lahan yang tergolong ordo tidak sesuai (N) tidak dibedakan ke dalam kelas-kelas. (2) Untuk pemetaan tingkat tinjau (skala 1:100.000-1:250.000) pada tingkat kelas dibedakan atas Kelas sesuai (S), sesuai bersyarat (CS) dan tidak sesuai (N).

·         Kelas S1 :
Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti atau nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan, atau faktor pembatas bersifat minor dan tidak akan berpengaruh terhadap produktivitas lahan secara nyata.
·         Kelas S2 :
Lahan mempunyai faktor pembatas, dan faktor pembatas ini akan berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan (input). Pembatas tersebut biasanya dapat diatasi oleh petani sendiri.
·         Kelas S3 :
Lahan mempunyai faktor pembatas yang berat, dan faktor pembatas ini akan sangat berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan yang lebih banyak daripada lahan yang tergolong S2. Untuk mengatasi faktor pembatas pada S3 memerlukan modal tinggi, sehingga perlu adanya bantuan atau campur tangan (intervensi) pemerintah atau pihak swasta.

Kelas N Lahan yang karena mempunyai faktor pembatas yang sangat berat dan/atau sulit diatasi. Subkelas adalah keadaan tingkatan dalam kelas kesesuaian lahan. Kelas kesesuaian lahan dibedakan menjadi subkelas berdasarkan kualitas dan karakteristik lahan (sifat-sifat tanah dan lingkungan fisik lainnya) yang menjadi faktor pembatas terberat, misal Subkelas S3rc, sesuai marginal dengan pembatas kondisi perakaran (rc=rooting condition).

Unit adalah keadaan tingkatan dalam subkelas kesesuaian lahan, yang didasarkan pada sifat tambahan yang berpengaruh dalam pengelolaannya. Contoh kelas S3rc1 dan S3rc2, keduanya mempunyai kelas dan subkelas yang sama dengan faktor penghambat sama yaitu kondisi perakaran terutama faktor kedalaman efektif tanah, yang dibedakan ke dalam unit 1 dan unit 2. Unit 1 kedalaman efektif sedang (50-75 cm), dan Unit 2 kedalaman efektif dangkal (<50 cm). Dalam praktek evaluasi lahan, kesesuaian lahan pada kategori unit ini jarang digunakan.

     3.   Pendekatan dalam evaluasi lahan

Berbagai sistem evaluasi lahan dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang berbeda seperti sistem perkalian parameter, sistem penjumlahan parameter dan sistem pencocokan (matching) antara kualitas lahan dan karakteristik lahan dengan persyaratan tumbuh tanaman.

Sistem evaluasi lahan yang digunakan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (dulu bernama Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat), Bogor adalah Automated Land Evaluation System atau ALES (Rossiter dan Van Wambeke, 1997). ALES merupakan suatu perangkat lunak yang dapat diisi dengan batasan sifat tanah yang dikehendaki tanaman dan dapat dimodifikasi sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan tentang evaluasi lahan. ALES mencocokkan antara kualitas dan sifat-sifat lahan (Land Qualities/Land Characteristics) dengan kriteria kelas kesesuaian lahan berdasarkan persyaratan tumbuh tanaman. Kriteria yang digunakan dewasa ini adalah seperti yang diuraikan dalam “Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian” (Djaenudin et al., 2003) dengan beberapa modifikasi disesuaikan dengan kondisi setempat atau referensi lainnya, dan dirancang untuk keperluan pemetaan tanah tingkat semi detil (skala peta 1:50.000). Untuk evaluasi lahan pada skala 1:100.000-1:250.000 dapat mengacu pada Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Tingkat Tinjau (skala 1:250.000) (Puslittanak, 1997).

C.  Tujuan Kegiatan
      1.  Tujuan instruksional umum:

Praktikum lapangan ini bertujuan untuk melatih mahasiswa dalam melakukan pengamatan dilapangan berdasarkan fenomena lahan dan kondisi geografis lainnya.

      2.  Tujuan instruksional khusus:

a.       Mahasiswa memahami ruang lingkup kajian Evaluasi Sumberdaya Lahan dalam Geografi.
b.      Mahasiswa mengetahui konsep dan topik dasar mengenai lahan.
c.       Mahasiswa memahami kualitas dan karakteristik lahan diantaranya topografi iklim, tanah, dan sosial kelembagaan.
d.      Mahasiswa mengetahui kriteria kesesuaian lahan untuk daerah wisata/rekreasi
e.      Mahasiswa mampu menggunakan alat dan bahan dalam kegiatan evaluasi karakteristik lahan.
f.        Mahasiswa memahami teknik pengambilan sampling dan pengumpulan data dalam kegiatan evaluasi karakteristik lahan.
g.       Mahasiswa mampu melakukan analisis data dalam kegiatan evaluasi karakteristik lahan.
h.      Mahasiswa mampu membuat sebuah laporan dalam kegiatan evaluasi karakteristik lahan dalam kaidah ilmiah secara baik dan benar.


OBSERVASI KESESUAIAN LAHAN WISATA - Form Kuisioner



A.      Keterangan  (Disampaikan Kepada : Responden)
1.       Daftar pertanyaan (angket) ini disusun untuk digunakan sebagai alat  mengumpulkan data, fakta dan informasi sebagai bahan penulisan Praktek Lapangan Mata Kuliah Evaluasi Sumberdaya Lahan Jurusan Geografi Universitas Negeri Makassar.
2.       Topik praktikum yang di tulis adalah : Evaluasi karakteristik lahan dan potensi pengembangan lokasi wisata
3.       Kepada Yth Bapak/Ibu/Sdr/Sdri, dimohon utuk dapat memberikan tanggapan  terhadap pernyataan (angket) ini, dengan cara memilih dan menberikan tada  silang (X) pada salah satu alternatif tanggapan yang telah disediakan (a, b, c, d, e) yang dianggap paling tepat.
4.       Atas partisipasi dan bantuannya Penulis ucapkan terima kasih.
B.      Identitas Responden
1.       Nama                    : …………………………………….
2.       Alamat                  : …………………………………
       Tlp/Mobile           : …………………………………….
3.       Jenis Kelamin       : …………………………………….
4.       Umur                   : …………………………………….
5.       Pendidikan           : …………………………………….
6.       Pekerjaan            : …………………………………….

C.      Ceritakan tentang budaya dan adat istiadat yang berkembang di masyarakat di sekitar lokasi ini :











D.      Ceritakan partisipasi masyarakat dalam pengembangan objek wisata di lokasi ini :











Catatan buat koresponden:
1.     Prioritas untuk mencari koresponden yang dianggap sebagai tokoh masyarakat
2.     usahakan kembangkan pertanyaan sampai informasi untuk analisis karakteristik sosial budaya masyarakat disekitar objek wisata terpenuhi.
Kuisioner Kelembagaan :

A.      Keterangan  (Disampaikan Kepada : Responden)
1.       Daftar pertanyaan (angket) ini disusun untuk digunakan sebagai alat  mengumpulkan data, fakta dan informasi sebagai bahan penulisan Praktek Lapangan Mata Kuliah Evaluasi Sumberdaya Lahan Jurusan Geografi Universitas Negeri Makassar.
2.       Topik praktikum yang di tulis adalah : Evaluasi karakteristik lahan dan potensi pengembangan lokasi wisata
3.       Kepada Yth Bapak/Ibu/Sdr/Sdri, dimohon utuk dapat memberikan tanggapan  terhadap pernyataan (angket) ini, dengan cara memilih dan menberikan tada  silang (X) pada salah satu alternatif tanggapan yang telah disediakan (a, b, c, d, e) yang dianggap paling tepat.
4.       Atas partisipasi dan bantuannya Penulis ucapkan terima kasih.
B.      Identitas Responden
1.       Nama                    : …………………………………….
2.       Alamat                  : …………………………………….
3.       Jenis Kelamin     : …………………………………….
4.       Umur                    : …………………………………….
5.       Jabatan                : …………………………………….
6.       Usia Pekerjaan                  : …………………………………….
7.       Lain-lain               : …………………………………….

C.      Ceritakan tentang susunan dan manajemen kelembagaan pengelolaan wisata di lokasi ini :








D.      Ceritakan tentang hal yang menyangkut pengelolaan dan rencana pengembangan objek wisata di lokasi ini :













Catatan buat koresponden:
1.     Kuisioner ini ditujukan untuk manajemen pengelola tempat wisata
2.     usahakan kembangkan pertanyaan sampai informasi untuk analisis analisis supply (pengelolaan dan kelembagaan) terpenuhi.
Kuisioner Pengembangan :

A.      Keterangan  (Disampaikan Kepada : Responden)
1.       Daftar pertanyaan (angket) ini disusun untuk digunakan sebagai alat  mengumpulkan data, fakta dan informasi sebagai bahan penulisan Praktek Lapangan Mata Kuliah Evaluasi Sumberdaya Lahan Jurusan Geografi Universitas Negeri Makassar.
2.       Topik praktikum yang di tulis adalah : Evaluasi karakteristik lahan dan potensi pengembangan lokasi wisata
3.       Kepada Yth Bapak/Ibu/Sdr/Sdri, dimohon utuk dapat memberikan tanggapan  terhadap pernyataan (angket) ini, dengan cara memilih dan menberikan tada  silang (X) pada salah satu alternatif tanggapan yang telah disediakan (a, b, c, d, e) yang dianggap paling tepat.
4.       Atas partisipasi dan bantuannya Penulis ucapkan terima kasih.
B.      Identitas Responden
1.       Nama                    : …………………………………….
2.       Alamat                  : …………………………………….
3.       Jenis Kelamin     : …………………………………….
4.       Umur                    : …………………………………….
5.       Institusi                                : …………………………………….
Jabatan                : …………………………………….
6.       Usia Pekerjaan                  : …………………………………….
7.       Lain-lain               : …………………………………….

C.      Ceritakan tentang permasalahan yang dihadapi dalam pengaturan pola penataan ruang di dalam kawasan objek wisata :




D.      Ceritakan tentang kebijakan terkait dengan pengembangan objek wisata di kota/kabupaten hingga kelurahan/desa setempat :




E.       Ceritakan tentang pengelolaan dan pemanfaatan ruang rekreasi di wilayah setempat:




F.       Ceritakan tentang strategi dan rencana kedepan mengenai pemasaran potensi objek wisata tersebut:



Catatan buat koresponden:
1.     Kuisioner ini ditujukan untuk pihak PEMDA terkait dan manajemen pengelola tempat wisata
2.     usahakan kembangkan pertanyaan sampai informasi untuk analisis permasalahan pengembangan, persepsi masyarakat terhadap upaya pengembangan, dan alternatif pemasaran terpenuhi.
[Informasi Tracking Satelit Aqua (Modis) Secara Real Time]