PENDAHULUAN | KUALITAS DAN KARAKTERISTIK LAHAN | KRITERIA | METODOLOGI KEGIATAN | DAFTAR PUSTAKA | FORM KUISIONER | PENGUKURAN FISIK LAHAN DI LAPANGAN | PENGUKURAN pH TANAH
A. Evaluasi Sumberdaya Lahan dalam Kajian Geografi
Adalah sebuah kecerobohan bagi semua cabang ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dalam penerapannya tidak memahami dan menerapkan hakikat dan
konsep geografi (buta geografi). Bahwa semua cabang ilmu pengetahuan empiris
yang masing-masing mempelajari gejala (phenomena)
di permukaan bumi tanpa memahami dan peduli sistem interrelasi, interaksi, dan
interdependensi bagian permukaan bumi (space, area, wilayah, kawasan) itu
dengan manusia pasti akan membuat kerusakan di muka bumi. Ilmu pengetahuan
ekonomi misalnya yang paling depan kepada usaha pemenuhan kebutuhan manusia,
sepanjang sejarahnya hingga kini, belum mampu menawarkan kepastian-kepastian,
bahkan sering berhadapan dengan ketidak pastian dalam usahanya mensejahterakan
manusia. Bahkan di satu sisi ilmu ekonomi telah melahirkan teknik-tehnik
(trik-trik) bagi manusia berbuat serakah dalam mengelola sumberdaya alam dan
sumberdaya manusia. Para ahli ekonomi masih terperangkap dalam pertarungan
ideologi dan sistem ekonomi politik, kapitalisme dan sosialisme.
a. Obyek material studi geografi yaitu geosfer terdiri
dari lithosfer, hidrosfer, atmosfer, biosfer dan antroposfer.
b. Obyek formal geografi yaitu pendekatan geografi terdiri
dari pendekatan keruangan (patial approach),
pendekatan ekologi (ecological approach)
dan pendekatan kompleks wilayah (regional
compleks approach).
Geografi mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan
lingkungannya pada suatu ruang dan waktu. Dengan demikian materi geografi
bersumber dari keadaan nyata di muka bumi baik gejala fisis maupun sosial. Maka
pelajaran geografi tidak cukup di dalam kelas saja, tetapi perlu
diaktualisasikan di lapangan sebagai pengalaman belajar yang sesungguhnya.
Dalam kajian Geografi, evaluasi lahan tidak terbatas hanya pada penilaian
karakteristik lingkungan, tetapi mencakup analisis ekonomi, sosial dan dampak
lingkungan. Evaluasi lahan merupakan penghubung anatara berbagai aspek kualitas
fisik, biologi dan teknologi penggunaan lahan dengan tujuan sosial ekonominya.
Fungsi evaluasi lahan memberikan pengertian tentang hubungan antara
kondisi lahan dan penggunaannya serta memberikan kepada perencana berbagai
perbandingan dan alternatif pilihan pengunaan yang dapat diharapkan berhasil,
dengan demikian manfaat mendasar dari evaluasi lahan adalah untuk menilai
kesesuain lahan bagi suatu penggunaan tertentu serta memprediksi
konsekuensi-konsekuensi dari perubahan penggunaan lahan yang mungkin dilakukan.
Kegunaan terinci dari evaluasi lahan sangat beragam ditinjau dari konteks
fisik, ekonomi, sosial, intensitas dan skala dari studi itu sendiri, tujuan
serta manfaat bagi si pemakai.
Geografi mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan
lingkungannya pada suatu ruang dan waktu. Dengan demikian materi geografi
bersumber dari keadaan nyata di muka bumi baik gejala fisis maupun sosial. Maka
pelajaran Evaluasi Sumberdaya Lahan di geografi tidak cukup di dalam kelas saja,
tetapi perlu diaktualisasikan di lapangan sebagai pengalaman belajar yang
sesungguhnya. Oleh karena itu agar pembelajaran Evaluasi Sumberdaya Lahan bagi
mahasiswa geografi dapat berhasil dengan baik perlu diadakan kegiatan studi lapangan
atau Praktikum Lapangan dengan dipersiapkan secara matang dari segi prosedur
(strategi), materi dan pembimbingan sehingga diharapkan dapat diperoleh hasil
yang optimal.
B. Konsep dan Topik Dasar Mengenai Lahan
Pada dasarnya evaluasi sumber daya lahan membutuhkan
keterangan-keterangan yang menyangkut tiga aspek utama, yaitu: lahan,
penggunaan lahan, dan aspek ekonomi. Evaluasi lahan adalah proses penilaian
penampilan atau keragaan (perfomance) lahan jika dipergunakan untuk tujuan
tertentu, meliputi pelaksanaan dan interpretasi survei dan studi bentuklahan,
tanah, vegetasi, iklim, dan aspek lahan lainnya, agar dapat mengidentifikasi,
dan membuat perbandingan berbagai penggunaan lahan yang mungkin dikembangkan
(FAO, 1976 dalam Arsyad, 1989).
Evaluasi sumber daya lahan memiliki arti yang sangat penting dimana
evaluasi sumberdaya lahan menurut Sitorus (1995), berfungsi untuk memberikan
pengertian tentang hubungan-hubungan antara kondisi lahan dan penggunaannya
serta memberikan kepada perencana berbagai perbandingan dan alternatif pilihan
penggunaan yang dapat diharapkan berhasil.
Lahan merupakan bagian dari bentang alam yang mencakup pengertian
lingkungan fisik temasuk iklim, topografi, hidrologi bahkan keadaan vegetasi
alami yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan
lahan. Lahan dalam arti yang lebih luas termasuk yang telah diolah oleh
aktivitas manusia baik masa lalu maupun masa kini (Arsyad, 1989). Evaluasi
lahan adalah proses penilaian, penampilan atau keragaan (perfomance) lahan untuk tujuan tertentu, meliputi pelaksanaan dan
interpretasi survei dan studi bentuklahan, tanah, vegetasi, iklim dan aspek
lahan lainnya agar dapat mengidentifikasi dan mengadakan perbandingan berbagai
penggunaan lahan yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976 dalam Arsyad, 1989).
Evaluasi lahan bertujuan untuk mengetahui potensi atau nilai dari suatu
areal untuk penggunaan tertentu yang memberikan harapan positif. Evaluasi tidak
terbatas hanya pada penilaian karakteristik lingkungan, tetapi mencakup
analisis-analisis ekonomi, sosial, dan dampak lingkungan (Worosuprodjo, S,
1997). Evaluasi lahan merupakan penghubung antara berbagai aspek kualitas
fisik, biologi, dan teknologi penggunaan lahan dengan tujuan sosial ekonominya
(Jamulya, Yunianto, 1993).
1. Konsep evaluasi dan kesesuaian lahan
Evaluasi lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk
tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah
teruji. Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi dan/atau arahan
penggunaan lahan sesuai dengan keperluan.
Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan
tertentu. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini
(kesesuaian lahan aktual) atau setelah diadakan perbaikan (kesesuaian lahan
potensial).
Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan berdasarkan data sifat
biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan tersebut diberikan
masukan-masukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala. Data biofisik tersebut
berupa karakteristik tanah dan iklim yang berhubungan dengan persyaratan tumbuh
tanaman yang dievaluasi. Kesesuaian lahan potensial menggambarkan kesesuaian
lahan yang akan dicapai apabila dilakukan usaha-usaha perbaikan. Lahan yang
dievaluasi dapat berupa hutan konversi, lahan terlantar atau tidak produktif,
atau lahan pertanian yang produktivitasnya kurang memuaskan tetapi masih
memungkinkan untuk dapat ditingkatkan bila komoditasnya diganti dengan tanaman
yang lebih sesuai.
2. Klasifikasi kesesuaian lahan
Struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka FAO (1976) dapat
dibedakan menurut tingkatannya, yaitu tingkat Ordo, Kelas, Subkelas dan Unit.
Ordo adalah keadaan kesesuaian lahan secara global. Pada tingkat ordo
kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai (S=Suitable) dan lahan yang tidak sesuai
(N=Not Suitable).
Kelas adalah keadaan tingkat kesesuaian dalam tingkat ordo. Berdasarkan
tingkat detail data yang tersedia pada masing-masing skala pemetaan, kelas
kesesuaian lahan dibedakan menjadi: (1) Untuk pemetaan tingkat semi detail
(skala 1:25.000-1:50.000) pada tingkat kelas, lahan yang tergolong ordo sesuai
(S) dibedakan ke dalam tiga kelas, yaitu: lahan sangat sesuai (S1), cukup
sesuai (S2), dan sesuai marginal (S3). Sedangkan lahan yang tergolong ordo
tidak sesuai (N) tidak dibedakan ke dalam kelas-kelas. (2) Untuk pemetaan
tingkat tinjau (skala 1:100.000-1:250.000) pada tingkat kelas dibedakan atas
Kelas sesuai (S), sesuai bersyarat (CS) dan tidak sesuai (N).
·
Kelas S1
:
Lahan tidak
mempunyai faktor pembatas yang berarti atau nyata terhadap penggunaan secara
berkelanjutan, atau faktor pembatas bersifat minor dan tidak akan berpengaruh
terhadap produktivitas lahan secara nyata.
·
Kelas S2
:
Lahan
mempunyai faktor pembatas, dan faktor pembatas ini akan berpengaruh terhadap
produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan (input). Pembatas tersebut
biasanya dapat diatasi oleh petani sendiri.
·
Kelas S3
:
Lahan mempunyai faktor pembatas yang berat, dan faktor pembatas ini akan
sangat berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan yang
lebih banyak daripada lahan yang tergolong S2. Untuk mengatasi faktor pembatas
pada S3 memerlukan modal tinggi, sehingga perlu adanya bantuan atau campur
tangan (intervensi) pemerintah atau pihak swasta.
Kelas N Lahan yang karena mempunyai faktor pembatas yang sangat berat
dan/atau sulit diatasi. Subkelas adalah keadaan tingkatan dalam kelas
kesesuaian lahan. Kelas kesesuaian lahan dibedakan menjadi subkelas berdasarkan
kualitas dan karakteristik lahan (sifat-sifat tanah dan lingkungan fisik
lainnya) yang menjadi faktor pembatas terberat, misal Subkelas S3rc, sesuai
marginal dengan pembatas kondisi perakaran (rc=rooting condition).
Unit adalah keadaan tingkatan dalam subkelas kesesuaian lahan, yang
didasarkan pada sifat tambahan yang berpengaruh dalam pengelolaannya. Contoh
kelas S3rc1 dan S3rc2, keduanya mempunyai kelas dan subkelas yang sama dengan
faktor penghambat sama yaitu kondisi perakaran terutama faktor kedalaman
efektif tanah, yang dibedakan ke dalam unit 1 dan unit 2. Unit 1 kedalaman
efektif sedang (50-75 cm), dan Unit 2 kedalaman efektif dangkal (<50 cm).
Dalam praktek evaluasi lahan, kesesuaian lahan pada kategori unit ini jarang
digunakan.
3. Pendekatan dalam evaluasi lahan
Berbagai sistem evaluasi lahan dilakukan dengan menggunakan pendekatan
yang berbeda seperti sistem perkalian parameter, sistem penjumlahan parameter
dan sistem pencocokan (matching) antara kualitas lahan dan karakteristik lahan
dengan persyaratan tumbuh tanaman.
Sistem evaluasi lahan yang digunakan di Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (dulu bernama Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanah dan Agroklimat), Bogor adalah
Automated Land Evaluation System atau ALES (Rossiter dan Van Wambeke,
1997). ALES merupakan suatu perangkat lunak yang dapat diisi dengan batasan
sifat tanah yang dikehendaki tanaman dan dapat dimodifikasi sesuai dengan
kemajuan ilmu pengetahuan tentang evaluasi lahan. ALES mencocokkan antara
kualitas dan sifat-sifat lahan (Land
Qualities/Land Characteristics) dengan kriteria kelas kesesuaian lahan
berdasarkan persyaratan tumbuh tanaman. Kriteria yang digunakan dewasa ini
adalah seperti yang diuraikan dalam “Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk
Komoditas Pertanian” (Djaenudin et al., 2003) dengan beberapa modifikasi
disesuaikan dengan kondisi setempat atau referensi lainnya, dan dirancang untuk
keperluan pemetaan tanah tingkat semi detil (skala peta 1:50.000). Untuk
evaluasi lahan pada skala 1:100.000-1:250.000 dapat mengacu pada Petunjuk
Teknis Evaluasi Lahan Tingkat Tinjau (skala 1:250.000) (Puslittanak, 1997).
C. Tujuan Kegiatan
1. Tujuan instruksional umum:
Praktikum
lapangan ini bertujuan untuk melatih mahasiswa dalam melakukan pengamatan
dilapangan berdasarkan fenomena lahan dan kondisi geografis lainnya.
2. Tujuan instruksional khusus:
a. Mahasiswa
memahami ruang lingkup kajian Evaluasi Sumberdaya Lahan dalam Geografi.
b. Mahasiswa
mengetahui konsep dan topik dasar mengenai lahan.
c. Mahasiswa
memahami kualitas dan karakteristik lahan diantaranya topografi iklim, tanah,
dan sosial kelembagaan.
d. Mahasiswa
mengetahui kriteria kesesuaian lahan untuk daerah wisata/rekreasi
e. Mahasiswa
mampu menggunakan alat dan bahan dalam kegiatan evaluasi karakteristik lahan.
f.
Mahasiswa memahami teknik pengambilan sampling
dan pengumpulan data dalam kegiatan evaluasi karakteristik lahan.
g. Mahasiswa
mampu melakukan analisis data dalam kegiatan evaluasi karakteristik lahan.
h. Mahasiswa
mampu membuat sebuah laporan dalam kegiatan evaluasi karakteristik lahan dalam
kaidah ilmiah secara baik dan benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar