Bukan Jawaban Keresahan...

Hari ini saya membuka facebook-ku dan ternyata ada message yang masuk dari sahabat saya di geografi, karena pesan tersebut berisi keresahan 'kolektif' jadi saya putuskan untuk mempublishnya saja di blog ini:

Pertanyaan:
Ass.......

"masa depan tergantung apa yang kita lakukan pada hari ini" meskipun tidak ada yang dapat mengetahui dengan pasti masa depan seseorang.

Aq masih penasaran dengan Kata2 kanda di warung dg. Lu tentang cermin penghalang dunia simulasi dengan dunia nyata khusunya untuk mahasiswa geografi.

terus terang, sering aku di hantui oleh keraguan....... apakah saya bisa menembus dan melewati kaca penghalang itu sehingga ilmu yang saya terima selama beridentitas sebagai mahasiswa, dapat saya jadikan sebagai jurus jitu untuk menaklukkan tantangan di dunia nyata....

sesungguhnya bukan hanya saya yang mengalami perasaan itu. khususnya teman2 ankatan 06 mengalami hal yang serupa dengan saya

maka dari itu, kami berharap bantuan dari kanda2 senior maupu kanda2 alunmi.

Salam Geografi........
Jawaban:

Wa'alaikum salam waRahmatulLahi...

Salam Geografi...

"dengarkan keluhan alam dan berdialoglah dengannya"
Ruang simulasi adalah ruang fiktif, dalam dunia nyata lebih tepat digambarkan dengan 'laboratorium' sama halnya dengan 'multimedia', semua itu untuk memberikan kita GAMBARAN mengenai apa yang terjadi dengan kehidupan diluar kehidupan diri kita.
Misalnya untuk mengetahui identitas gunung bawakaraeng, kita menganalisa sampel batuan, tanah, vegetasi, dan lain sebagainya di laboratorium dan selanjutnya melihat tampilan foto maupun film gunung bawakaraeng untuk mendapatkan GAMBARAN lebih jelas mengenai-nya.

CELAKANYA... kita cenderung puas dan merasa bangga dan berhenti ketika telah mampu mengidentifikasi sampel batuan, tanah, vegetasi dan menyaksikan foto maupun film-nya... seolah-olah itulah gunung bawakaraeng dan mulailah kita berkoar-koar dan menjelaskan dimana-mana tentang gunung bawakaraeng tersebut, padahal pengetahuan kita masih SIMULASI atau GAMBARAN saja. Begitupun dengan "geografi" setelah kita mempelajari filsafat-filsafatnya dan metodology serta empirikal ilmunya kitapun kemudian kampanye dimana-mana "AKULAH SANG GEOGRAFER"... padahal tidak disadari bahwa kesemuanya itu hanyalah fiktif belaka. Mulailah muncul perasaan euforia, bangga, gengsi, dan lain sebagainya untuk memasuki kehidupan lain di iringi dengan ciri 'rasa enggan' untuk pindah dunia dari simulasi ke REALITY.

Persoalan yang dihadapi:

1) ...Hadirnya kecemasan dalam "diri" mengenai yang sedang dijalani...
2) ...Resah menatap masa depan...

Solusi dari saya:

1) keluar dari 'EGO'+'is' dan "PERHATIKAN" realitas yang sedang terjadi di "alam realitas kehidupan"... diantaranya alam keterbelakangan masyarakat, alam manipulatif dan hegemoni ilmu yang berlangsung, alam keserakahan ekonomi, alam ketidak adilan penguasa, alam dampak eksploitasi alam dan realitas alam lainnya. Buat simpulan, argumentasi, asumsi, dari analisa kita lalu antarkan masuk dalam dunia SIMULASI yang sedang dilalui. Dengan hanya mem-PERHATIKAN saja, kita tidak menyadari bahwa sesungguhnya kita telah membangun JEMBATAN ke-2 alam yang berbeda tersebut (alam simulasi dan alam realitas).

warning:
-----> Jangan menunggu terlalu lama untuk berbuat dan berkarya dan Jangan merasa terlambat (apalagi sok tua atau sok senioritas) untuk berbagi dengan yang lain. Karena sesungguhnya itulah 'Ego'+'is' yang menghalangi kita membangun jembatan.

2) Resah adalah "bisikan syetan" dan Keyakinan adalah "Syrat'al Mustaqim".... silahkan di pilih.

Keresahan hadir karena adanya kekurangan yang tidak terdefenisikan oleh diri kita sendiri. Maka mulailah dengan mengidentifikasi apa yang lemah dari diri kita lalu jawab kelemahan dan kekurangan itu. Teman-teman sudah terlalu banyak diberikan Pengetahuan dan Ilmu oleh sang-Pencipta walaupun Dia juga bersabda "Wamaa 'utiytum minal 'Ilmi Illah qalylam" tapi ketidak mampuan membaca realitas alam sekitar dan alam global membuat kita seperti "tidak tahu apa-apa" dan disitulah IBLIS masuk membawa senjata pemusnah massalnya yang bernama KERESAHAN. Terlalu banyak yang harus di tambal oleh alam ini... dan kita ditunggu oleh lubang tersebut. Dimanakah posisi kita??? berdialoglah pada alam dan biarkan alam yang memberi jawaban. Bukan saya, bukan senior, bukan dosen, bukan pemerintah, bukan ........ TAPI DIRI KITA SENDIRI.

penutup sementara:
...UNTUK BISA TUMBUH SECARA LARAS
KITA HARUS KERJA KERAS
DAN PUNYA KREATIVITAS
BUKANNYA MENUNGGU FASILITAS DARI ATAS...


Posting tersebut bukan "satu-satunya" solusi tapi saya berharap bisa memberi sumbangsih. Trims sobat untuk mengingatkan kembali....

2 komentar:

  1. assalamu alikum... apa yang dikatakan kanda Rumi sangat benar adanya...
    saya hanya ingin berpesan:
    1. lihatlah segala kemungkinan kedepan apa yang akan terjadi kemudian persiapkan solusinya.
    2. jangan merasa mantap dengan apa yang ada sekarang karena kemantapan merupakan musuh besar kesuksesan.
    3. berbuatlah dengan panuh keikhlasan, dan milikilah kesabaran untuk menanti, kemudian lihatlah hasilnya apa yang akan terjadi...

    untuk sementara cuman itu yang bisa saya berikan insyaAllah kedepannya kita samasam mencari jalan untuk geografi yang tanpa batas tanpa penindasan.....
    SMAGAT,,,,, SUKSUS UNTUK KITA SMUA.

    BalasHapus
  2. VIVA LA Geographia

    BalasHapus

[Informasi Tracking Satelit Aqua (Modis) Secara Real Time]