Konsep awal
Geografi:
I. PENDAHULUAN
Seorang calon mahasiswa yang rasional selalu mempunyai harapan-harapan tentang kehidupan masa depannya; suatu gambaran tentang wujud kehidupan kelak setelah menjadi alumni, era ketika tidak mahasiswa lagi. Kehidupan yang ditentukan oleh keahlian di mana pekerjaan menjadi dasar pemenuhan kebutuhan mengungkapkan dirinya secara realitas. Ia mengolah dunia obyektifnya secara utuh, mengukuhkan dirinya sebagai makhluk manusia yang aktif. Karena obyek dari pekerjaan adalah obyektivitasi dari hakikat manusia, maka manusia tidak hanya mengungkung diri dalam intelektual-spiritualnya tetapi manusia yang dapat melihat dirinya dalam dunia ciptaannya. Untuk itu ia memilih jurusan apa di perguruan tinggi yang dapat memberinya kemampuan untuk dapat mewujudkan harapan-harapan masa depannya itu.
Mahasiswa yang rasional adalah mahasiswa yang mampu menggunakan akal sehatnya dalam bersikap dan bertindak. Ia mampu (bebas) menetapkan pilihan-pilihannya, harapan-harapannya, aspirasi-aspirasinya, rencana-rencana dan konsepsi dirinya. Ia mampu menyusun paradigma (kerangka pikir, kerangka dasar) perjalanan hidupnya ke dalam gambaran masa kini dan masa depannya dan ia disiplin dengan paradigma kehidupan itu dalam aktualitas dan realitas perilaku sebagai seorang mahasiswa. Ia mampu berkata dalam bahasa tindakan “Ya” untuk variabel-variabel yang mendukung langkahnya dan “Tidak” untuk variabel-variabel yang akan menghambat langkahnya dalam alur koridor perjalanan ke arah tujuan hidupnya. Mahasiswa rasional adalah orang yang mampu memenej keseimbangan kemampuan bathiniah dan lahiriahnya dalam realitas perilaku sebagai mahasiswa yang bertanggung-jawab.
Suatu hal yang patut disadari ialah, bahwa masa depan di mana mereka mengaktualkan diri dalam dunia kehidupannya yang mandiri pasti sudah jauh berbeda dengan masa lalu dan masa sekarang ini. Namun gambaran dan realitas masa depan mahasiswa itu, sebagai manusia, sesungguhnya adalah hasil dari goresan-goresan historis masa lalu dan kekiniannya. Di sini, di Jurusan Geografi FMIPA-UNM ini, goresan-goresan intelaktual mereka dipertajam dalam mengukir masa depan. Karena itu, kesadaran akan tanggung-jawab dari pihak Jurusan Geografi sebagai lembaga, dosen dan khususnya mahasiwa itu sendiri dipertaruhkan di sini.
II. EVALUASI HISTORIS SOSIO-EKONOMI DAN PERADABAN
Ketika pada jaman primitif, yaitu sistem komunal primitif, kerja itu bersifat komunal dan harta milik merupakan alat produksi dan hasil-hasil produksi bersifat komunal pula. Di bawah sistem ini, tidak ada eksploitasi kerja oleh orang-orang lain. Tetapi ketika terbentuk masyarakat kelas antagonis maka kerja berkembang menjadi suatu kontradiksi-kontradiksi antagonis.
Di pihak lain lagi, peralihan bentuk-bentuk kerja yang kurang maju kepada yang lebih maju, juga merupakan peralihan dari bentuk-bentuk eksploitasi yang lebih maju. Pada bentuk kerja yang kurang maju seperti perbudakan memberi arti yang menyimpang dari kerja itu. Pun dalam sistem feodalisme dan juga dalam sistem sosialisme dan kapitalisme, manusia kerja itu semakin jauh dari hakikat dirinya.
Bila kerja itu bertujuan memproduksi barang-barang untuk kebutuhan manusia dan setiap manusia selalu berusaha mewujudkan hidup yang baik dan sejahtera tetapi dalam kenyataannya hakikat kerja itu sudah menyimpang dari tujuan luhurnya. Kerja bukan lagi pancaran diri tetapi kerja sudah tercemar sebagai unsur paksaan.
Dalam interaksinya dengan alam, manusia secara bertahap memasukkan alam ke dalam kebudayaan material dan spiritualnya. Segala perubahan-perubahan di dunia luar merupakan premis dan kondisi bagi peningkatan diri manusia. Sehingga setiap produksi manusia selalu menghasilkan kembali dirinya sendiri.
Sumber kegiatan kreatif manusia terletak dalam dinamikanya. Secara historis, tahap pertama dari kegiatan itu adalah produksi alat-alat dengan bantuan alat-alat. Aktivitas manusia bergerak dari bentuk potensialitas ke aktualitas dan berakhir dalam bentuk obyek-obyek. Proses ini merupakan transformasi konstan dari potensialitas menjadi penjelmaan obyek-obyek.
Kegiatan manusia dibedakan atas kegiatan teoritis dan pekerjaan tangan (praktis). Dalam kegiatan teoritis nampak dalam proses material dan teknis dari transformasi suatu obyek, hanya merupakan unsur seluruh kegiatan sebagai suatu sistem yang secara relatif. Dalam kegiatan teoritis proses transformasi material menentukan transformasi ideal. Kegiatan teoritis adalah suatu proses kreatif sosial yang bertujuan mengubah dunia kebudayaan manusia.
Dalam psikologi kegiatan merupakan konsep yang mengandung arti fungsi individu dalam interaksinya dengan lingkungan sekitarnya. Kegiatan psikis merupakan hubungan khusus makhluk hidup dengan lingkungannya. Melalui kegiatan manusia dapat bersikap menengahi, mengatur dan mengontrol hubungan-hubungan antara organisme dengan lingkungannya. Kegiatan psikis didorong oleh kebutuhan yang diarahkan pada obyek yang dapat memenuhi kebutuhan, dan dipengaruhi oleh sistem tindakan-tindakan.
Nilai pekerjaan tangan (praktis) manusia nampak dalam memberikan kegunaan nyata seperti barang-barang material. Hasil kerja tangan manusia ini dapat memberi indikasi lain dalam perjalanan sejarah dan kebudayaannya.
Persoalan-persoalan yang selalu dibicarakan setiap hasil pekerjaan tangan manusia adalah bagaimana setiap hasil kerja manusia itu menjadi milik sah dari si pekerja sendiri. Di dalam teori ekonomi, hasil kerja tangan ini selalu mengalami penyimpangan karena adanya nilai lebih. Nilai lebih ini menjadi persoalan tersendiri dalam masyarakat kapitalisme. Buruh yang bekerja siang dan malam memproduksi sejumlah komoditi sementara upah yang ia peroleh dari kegiatan produksinya lebih rendah.
Maka sikap evaluasi terhadap kerja itu sangat penting. Evaluasi harus didasarkan pada moral dan yang kedua berdasarkan evaluasi ekonomis. Untuk mencapai nilai ini, kegunaan ekonomis dari hasil-hasil kerja merupakan kaidah terakhir. Evaluasi ekonomis terhadap kerja tunduk kepada hukum-hukum moral dan hukum ekonomi. Evaluasi ini pada masa kini sangat penting. Karena bagi berjuta-juta manusia, upah yang mereka terima bagi kerjanya merupakan dasar penunjang dirinya sendiri dan keluarga-keluarganya.
Manusia bekerja tidak lain pada akhirnya membentuk nilai budaya. Karena itu sikap mengatur dan menjaga kondisi kerja merupakan sumbangan bagi kebudayaan manusia. Bila suatu kebudayaan itu ditata demi kenikmatan kelompok tertentu cepat atau lambat akan hancur. Kita perlu melestarikan hasil kerja kita melalui sikap moral dan etika terhadap nilai-nilai pekerjaan itu.
Gambaran kemajuan pada jaman modern ini berawal dari peristiwa revolusi industri di Inggris pada abad ke-18 yang lalu. Peristiwa ini merupakan titik awal kemajuan ekonomi dunia. Kejadian ini oleh para ilmuwan empiris dianggap sebagai loncatan perilaku ekonomi umat manusia.
Peristiwa revolusi industri telah memungkinkan tumbuhnya benih industri sebagai kekuatan alat produksi barang komoditi. Industri yang muncul sebagai kekuatan baru dalam kegiatan ekonomi mendorong terjadinya konsentrasi modal, peningkatan hasil produksi, dan semakin meningkatnya permintaan (demand) akan barang mentah. Dampak lain yang tak terhindarkan yakni adanya imperialisme dan kolonialisme.
Lebih jauh, revolusi industri membuka era baru dalam eksplorasi dan penemuan. Dalam perkembangan selanjutnya banyak penemuan terungkap berkat studi dan penelitian yang dilakukan. Setelah penemuan mesin pemintal benang oleh Arkwright, muncul metode produksi besi dan batubara, perbaikan teknik-teknik pertanian dan ditemukannya mesin uap.
Pada pertengahan abad ke-19, muncul penemuan dalam industri baja, jalan kereta api, mesin-mesin pertanian dan barang-barang kimia. Kemudian pada permulaan abad ke-20 penemuan bidang listrik, mobil dan mesin bakar. Dan pada masa sekarang mulai berkembang pesat bidang elektronik, satelit, komputer dan tenaga nuklir.
Disadari atau tidak, pancaroba dunia sedang menggelinding, kemajuan-kemajuan teknologi dan sistem informasi berproses untuk semakin menghilangkan batas-batasnya. Pada awal revolusi industri orang-orang di Eropa dan Amerika mengatakan time is money, dan manusia dinilai atas kemampuan kerjanya mencipta dan memproduksi barang; sedangkan pada awal abad di milenium ini kita bisa katakan: time is weapon! (waktu adalah senjata).
Pada saat yang sama, perkembangan teknologi telekomunikasi lebih maju lagi, telephon portable yang IDD dalam bentuk lebih kecil tidak dalam jangkauan transmitter yang terbatas lagi. Super computer dengan hi-tech conductor-nya makin berperan dalam kehidupan manusia. Dalam waktu dekat antena parabola tidak lagi sebesar meteran, tetapi pasti akan build-in dalam setiap pesawat TV. Maka setiap desa-desa pun akan bisa nonton acara global media informasi semacam CNN tidak bisa dihalangi seperti saat ini.
Juga di bidang natural resources yang terbatas minyak, gas, uranium dan lain-lain mineral untuk keperluan energi harus bersiap-siap untuk menghadapi saingan yang berat dari unlimited natural resources seperti tenaga matahari, tenaga angin, tenaga gelombang, dan lain-lain yang akan menjadi bidan lahirnya dunia alhcemy atau lahir bahan-bahan baru yang tangguh dari metal maupun fiber seperti yang digambarkan oleh film “Terminator II”.
Suatu simbol atau logos kultural yang progresif dengan karakter multilinear-nya akan mempengaruhi peradaban manusia. Generasi Baru akan lahir di Eropa Baru dengan pengaruh paham Transnasional tentu akan meluas ke Amerika Baru (USA, Canada dan Latin) kemudian ke Pasifik Prim.
Kalau dalam masyarakat pra-industri memandang alam sebagai sumber kekayaan, masyarakat industri mendasari kualitas kerja dan kemampuan memproduksi
Bila kita membicarakan persoalan-persoalan sosio-ekonomi dari segi teori ekonomi saja maka kita terjerumus dalam sistem kapitalisme yang hanya mengejar keuntungan pribadi. Karena dalam teori-teori ekonomi sering mengabaikan persoalan etika demi tercapainya pertumbuhan ekonomi yang cepat. Sebaliknya jika kita hanya menekankan etika nilai saja maka penilaian itu akan mempengaruhi kepincangan pertumbuhan ekonomi.
Para ahli sosiologi yang mengembangkan teori-teori masyarakat seperti Mills, Fromm, Parsons, Bel, mempunyai pandangan yang berbeda tentang kemajuan jaman ini. Sebagian dengan keras mengecam kemajuan ekonomi masyarakat modern, sebagian lagi tidak. Bagi kelompok yang mengecam keras, masyarakat ekonomi modern kurang lagi memperlihatkan ciri humanisme dan romantisme. Hakikat manusia diabaikan demi mengejar keuntungan pribadi dan kekayaan pribadi. Keadaan ini menyebabkan terjadinya berbagai konflik sosial dalam masyarakat.
Bagi Herbert Marcuse, masyarakat modern sudah dikuasai prinsip prestasi. Prinsip ini menyebabkan adanya kultus produktivitas pada masyarakat modern. Kultus ini adalah satu alasan terjadinya konflik yang menjadi bahan diskusi para ahli.
Bagaimanapun kemajuan pada jaman ini merupakan suatu fakta yang mengagumkan. Meski dalam era otomatisasi ini yang berperan adalah mesin namun tidak menghilangkan unsur manusia. Manusia tetap memberikan petunjuk umum dan menjalankan pengendalian atas kerja mesin. Misalnya penyesuaian program, penyediaan bahan mentah, perbaikan-perbaikan dan sebagainya. Posisi manusia tetap berperan sebagai komando penekan tombol dan fungsi servis yang lain. Otomatisasi mendatangkan penambahan produktivitas baik dalam bentuk output maupun input. Efektivitas kegiatan di bawah sistem ini selain penekanan biaya juga peningkatan mutu.
bersambung ....
Geografi:
Pengembangan Keahlian dan Pasar Kerja
I. PENDAHULUAN
Seorang calon mahasiswa yang rasional selalu mempunyai harapan-harapan tentang kehidupan masa depannya; suatu gambaran tentang wujud kehidupan kelak setelah menjadi alumni, era ketika tidak mahasiswa lagi. Kehidupan yang ditentukan oleh keahlian di mana pekerjaan menjadi dasar pemenuhan kebutuhan mengungkapkan dirinya secara realitas. Ia mengolah dunia obyektifnya secara utuh, mengukuhkan dirinya sebagai makhluk manusia yang aktif. Karena obyek dari pekerjaan adalah obyektivitasi dari hakikat manusia, maka manusia tidak hanya mengungkung diri dalam intelektual-spiritualnya tetapi manusia yang dapat melihat dirinya dalam dunia ciptaannya. Untuk itu ia memilih jurusan apa di perguruan tinggi yang dapat memberinya kemampuan untuk dapat mewujudkan harapan-harapan masa depannya itu.
Mahasiswa yang rasional adalah mahasiswa yang mampu menggunakan akal sehatnya dalam bersikap dan bertindak. Ia mampu (bebas) menetapkan pilihan-pilihannya, harapan-harapannya, aspirasi-aspirasinya, rencana-rencana dan konsepsi dirinya. Ia mampu menyusun paradigma (kerangka pikir, kerangka dasar) perjalanan hidupnya ke dalam gambaran masa kini dan masa depannya dan ia disiplin dengan paradigma kehidupan itu dalam aktualitas dan realitas perilaku sebagai seorang mahasiswa. Ia mampu berkata dalam bahasa tindakan “Ya” untuk variabel-variabel yang mendukung langkahnya dan “Tidak” untuk variabel-variabel yang akan menghambat langkahnya dalam alur koridor perjalanan ke arah tujuan hidupnya. Mahasiswa rasional adalah orang yang mampu memenej keseimbangan kemampuan bathiniah dan lahiriahnya dalam realitas perilaku sebagai mahasiswa yang bertanggung-jawab.
Suatu hal yang patut disadari ialah, bahwa masa depan di mana mereka mengaktualkan diri dalam dunia kehidupannya yang mandiri pasti sudah jauh berbeda dengan masa lalu dan masa sekarang ini. Namun gambaran dan realitas masa depan mahasiswa itu, sebagai manusia, sesungguhnya adalah hasil dari goresan-goresan historis masa lalu dan kekiniannya. Di sini, di Jurusan Geografi FMIPA-UNM ini, goresan-goresan intelaktual mereka dipertajam dalam mengukir masa depan. Karena itu, kesadaran akan tanggung-jawab dari pihak Jurusan Geografi sebagai lembaga, dosen dan khususnya mahasiwa itu sendiri dipertaruhkan di sini.
II. EVALUASI HISTORIS SOSIO-EKONOMI DAN PERADABAN
Ketika pada jaman primitif, yaitu sistem komunal primitif, kerja itu bersifat komunal dan harta milik merupakan alat produksi dan hasil-hasil produksi bersifat komunal pula. Di bawah sistem ini, tidak ada eksploitasi kerja oleh orang-orang lain. Tetapi ketika terbentuk masyarakat kelas antagonis maka kerja berkembang menjadi suatu kontradiksi-kontradiksi antagonis.
Di pihak lain lagi, peralihan bentuk-bentuk kerja yang kurang maju kepada yang lebih maju, juga merupakan peralihan dari bentuk-bentuk eksploitasi yang lebih maju. Pada bentuk kerja yang kurang maju seperti perbudakan memberi arti yang menyimpang dari kerja itu. Pun dalam sistem feodalisme dan juga dalam sistem sosialisme dan kapitalisme, manusia kerja itu semakin jauh dari hakikat dirinya.
Bila kerja itu bertujuan memproduksi barang-barang untuk kebutuhan manusia dan setiap manusia selalu berusaha mewujudkan hidup yang baik dan sejahtera tetapi dalam kenyataannya hakikat kerja itu sudah menyimpang dari tujuan luhurnya. Kerja bukan lagi pancaran diri tetapi kerja sudah tercemar sebagai unsur paksaan.
Dalam interaksinya dengan alam, manusia secara bertahap memasukkan alam ke dalam kebudayaan material dan spiritualnya. Segala perubahan-perubahan di dunia luar merupakan premis dan kondisi bagi peningkatan diri manusia. Sehingga setiap produksi manusia selalu menghasilkan kembali dirinya sendiri.
Sumber kegiatan kreatif manusia terletak dalam dinamikanya. Secara historis, tahap pertama dari kegiatan itu adalah produksi alat-alat dengan bantuan alat-alat. Aktivitas manusia bergerak dari bentuk potensialitas ke aktualitas dan berakhir dalam bentuk obyek-obyek. Proses ini merupakan transformasi konstan dari potensialitas menjadi penjelmaan obyek-obyek.
Kegiatan manusia dibedakan atas kegiatan teoritis dan pekerjaan tangan (praktis). Dalam kegiatan teoritis nampak dalam proses material dan teknis dari transformasi suatu obyek, hanya merupakan unsur seluruh kegiatan sebagai suatu sistem yang secara relatif. Dalam kegiatan teoritis proses transformasi material menentukan transformasi ideal. Kegiatan teoritis adalah suatu proses kreatif sosial yang bertujuan mengubah dunia kebudayaan manusia.
Dalam psikologi kegiatan merupakan konsep yang mengandung arti fungsi individu dalam interaksinya dengan lingkungan sekitarnya. Kegiatan psikis merupakan hubungan khusus makhluk hidup dengan lingkungannya. Melalui kegiatan manusia dapat bersikap menengahi, mengatur dan mengontrol hubungan-hubungan antara organisme dengan lingkungannya. Kegiatan psikis didorong oleh kebutuhan yang diarahkan pada obyek yang dapat memenuhi kebutuhan, dan dipengaruhi oleh sistem tindakan-tindakan.
Nilai pekerjaan tangan (praktis) manusia nampak dalam memberikan kegunaan nyata seperti barang-barang material. Hasil kerja tangan manusia ini dapat memberi indikasi lain dalam perjalanan sejarah dan kebudayaannya.
Persoalan-persoalan yang selalu dibicarakan setiap hasil pekerjaan tangan manusia adalah bagaimana setiap hasil kerja manusia itu menjadi milik sah dari si pekerja sendiri. Di dalam teori ekonomi, hasil kerja tangan ini selalu mengalami penyimpangan karena adanya nilai lebih. Nilai lebih ini menjadi persoalan tersendiri dalam masyarakat kapitalisme. Buruh yang bekerja siang dan malam memproduksi sejumlah komoditi sementara upah yang ia peroleh dari kegiatan produksinya lebih rendah.
Maka sikap evaluasi terhadap kerja itu sangat penting. Evaluasi harus didasarkan pada moral dan yang kedua berdasarkan evaluasi ekonomis. Untuk mencapai nilai ini, kegunaan ekonomis dari hasil-hasil kerja merupakan kaidah terakhir. Evaluasi ekonomis terhadap kerja tunduk kepada hukum-hukum moral dan hukum ekonomi. Evaluasi ini pada masa kini sangat penting. Karena bagi berjuta-juta manusia, upah yang mereka terima bagi kerjanya merupakan dasar penunjang dirinya sendiri dan keluarga-keluarganya.
Manusia bekerja tidak lain pada akhirnya membentuk nilai budaya. Karena itu sikap mengatur dan menjaga kondisi kerja merupakan sumbangan bagi kebudayaan manusia. Bila suatu kebudayaan itu ditata demi kenikmatan kelompok tertentu cepat atau lambat akan hancur. Kita perlu melestarikan hasil kerja kita melalui sikap moral dan etika terhadap nilai-nilai pekerjaan itu.
Gambaran kemajuan pada jaman modern ini berawal dari peristiwa revolusi industri di Inggris pada abad ke-18 yang lalu. Peristiwa ini merupakan titik awal kemajuan ekonomi dunia. Kejadian ini oleh para ilmuwan empiris dianggap sebagai loncatan perilaku ekonomi umat manusia.
Peristiwa revolusi industri telah memungkinkan tumbuhnya benih industri sebagai kekuatan alat produksi barang komoditi. Industri yang muncul sebagai kekuatan baru dalam kegiatan ekonomi mendorong terjadinya konsentrasi modal, peningkatan hasil produksi, dan semakin meningkatnya permintaan (demand) akan barang mentah. Dampak lain yang tak terhindarkan yakni adanya imperialisme dan kolonialisme.
Lebih jauh, revolusi industri membuka era baru dalam eksplorasi dan penemuan. Dalam perkembangan selanjutnya banyak penemuan terungkap berkat studi dan penelitian yang dilakukan. Setelah penemuan mesin pemintal benang oleh Arkwright, muncul metode produksi besi dan batubara, perbaikan teknik-teknik pertanian dan ditemukannya mesin uap.
Pada pertengahan abad ke-19, muncul penemuan dalam industri baja, jalan kereta api, mesin-mesin pertanian dan barang-barang kimia. Kemudian pada permulaan abad ke-20 penemuan bidang listrik, mobil dan mesin bakar. Dan pada masa sekarang mulai berkembang pesat bidang elektronik, satelit, komputer dan tenaga nuklir.
Disadari atau tidak, pancaroba dunia sedang menggelinding, kemajuan-kemajuan teknologi dan sistem informasi berproses untuk semakin menghilangkan batas-batasnya. Pada awal revolusi industri orang-orang di Eropa dan Amerika mengatakan time is money, dan manusia dinilai atas kemampuan kerjanya mencipta dan memproduksi barang; sedangkan pada awal abad di milenium ini kita bisa katakan: time is weapon! (waktu adalah senjata).
Pada saat yang sama, perkembangan teknologi telekomunikasi lebih maju lagi, telephon portable yang IDD dalam bentuk lebih kecil tidak dalam jangkauan transmitter yang terbatas lagi. Super computer dengan hi-tech conductor-nya makin berperan dalam kehidupan manusia. Dalam waktu dekat antena parabola tidak lagi sebesar meteran, tetapi pasti akan build-in dalam setiap pesawat TV. Maka setiap desa-desa pun akan bisa nonton acara global media informasi semacam CNN tidak bisa dihalangi seperti saat ini.
Juga di bidang natural resources yang terbatas minyak, gas, uranium dan lain-lain mineral untuk keperluan energi harus bersiap-siap untuk menghadapi saingan yang berat dari unlimited natural resources seperti tenaga matahari, tenaga angin, tenaga gelombang, dan lain-lain yang akan menjadi bidan lahirnya dunia alhcemy atau lahir bahan-bahan baru yang tangguh dari metal maupun fiber seperti yang digambarkan oleh film “Terminator II”.
Suatu simbol atau logos kultural yang progresif dengan karakter multilinear-nya akan mempengaruhi peradaban manusia. Generasi Baru akan lahir di Eropa Baru dengan pengaruh paham Transnasional tentu akan meluas ke Amerika Baru (USA, Canada dan Latin) kemudian ke Pasifik Prim.
Kalau dalam masyarakat pra-industri memandang alam sebagai sumber kekayaan, masyarakat industri mendasari kualitas kerja dan kemampuan memproduksi
Bila kita membicarakan persoalan-persoalan sosio-ekonomi dari segi teori ekonomi saja maka kita terjerumus dalam sistem kapitalisme yang hanya mengejar keuntungan pribadi. Karena dalam teori-teori ekonomi sering mengabaikan persoalan etika demi tercapainya pertumbuhan ekonomi yang cepat. Sebaliknya jika kita hanya menekankan etika nilai saja maka penilaian itu akan mempengaruhi kepincangan pertumbuhan ekonomi.
Para ahli sosiologi yang mengembangkan teori-teori masyarakat seperti Mills, Fromm, Parsons, Bel, mempunyai pandangan yang berbeda tentang kemajuan jaman ini. Sebagian dengan keras mengecam kemajuan ekonomi masyarakat modern, sebagian lagi tidak. Bagi kelompok yang mengecam keras, masyarakat ekonomi modern kurang lagi memperlihatkan ciri humanisme dan romantisme. Hakikat manusia diabaikan demi mengejar keuntungan pribadi dan kekayaan pribadi. Keadaan ini menyebabkan terjadinya berbagai konflik sosial dalam masyarakat.
Bagi Herbert Marcuse, masyarakat modern sudah dikuasai prinsip prestasi. Prinsip ini menyebabkan adanya kultus produktivitas pada masyarakat modern. Kultus ini adalah satu alasan terjadinya konflik yang menjadi bahan diskusi para ahli.
Bagaimanapun kemajuan pada jaman ini merupakan suatu fakta yang mengagumkan. Meski dalam era otomatisasi ini yang berperan adalah mesin namun tidak menghilangkan unsur manusia. Manusia tetap memberikan petunjuk umum dan menjalankan pengendalian atas kerja mesin. Misalnya penyesuaian program, penyediaan bahan mentah, perbaikan-perbaikan dan sebagainya. Posisi manusia tetap berperan sebagai komando penekan tombol dan fungsi servis yang lain. Otomatisasi mendatangkan penambahan produktivitas baik dalam bentuk output maupun input. Efektivitas kegiatan di bawah sistem ini selain penekanan biaya juga peningkatan mutu.
bersambung ....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar