Tampilkan postingan dengan label AKADEMIK. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label AKADEMIK. Tampilkan semua postingan

OBSERVASI KESESUAIAN LAHAN WISATA - KUALITAS DAN KARAKTERISTIK LAHAN




Kualitas lahan adalah sifat-sifat pengenal atau attribute yang bersifat kompleks dari sebidang lahan. Setiap kualitas lahan mempunyai keragaan (performance) yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi penggunaan tertentu dan biasanya terdiri atas satu atau lebih karakteristik lahan (land characteristics). Kualitas lahan ada yang bisa diestimasi atau diukur secara langsung di lapangan, tetapi pada umumnya ditetapkan berdasarkan karakteristik lahan (FAO, 1976). Hubungan antara kualitas dan karakteristik lahan diberikan pada Tabel 1.

Karakteristik lahan yang erat kaitannya untuk keperluan evaluasi lahan dapat dikelompokkan ke dalam 3 faktor utama, yaitu topografi, tanah dan iklim. Karakteristik lahan tersebut (terutama topografi dan tanah) merupakan unsur pembentuk satuan peta tanah.


A.      Topografi
Topografi yang dipertimbangkan dalam evaluasi lahan adalah bentuk wilayah (relief) atau lereng dan ketinggian tempat di atas permukaan laut. Relief erat hubungannya dengan faktor pengelolaan lahan dan bahaya erosi. Sedangkan faktor ketinggian tempat di atas permukaan laut berkaitan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang berhubungan dengan temperatur udara dan radiasi matahari. Relief dan kelas lereng disajikan pada Tabel 2.

 
Ketinggian tempat diukur dari permukaan laut (dpl) sebagai titik nol. Dalam kaitannya dengan tanaman, secara umum sering dibedakan antara dataran rendah (<700 m dpl.) dan dataran tinggi (> 700 m dpl). Namun dalam kesesuaian tanaman terhadap ketinggian tempat berkaitan erat dengan temperatur dan radiasi matahari. Semakin tinggi tempat di atas permukaan laut, maka temperatur semakin menurun. Demikian pula dengan radiasi matahari cenderung menurun dengan semakin tinggi dari permukaan laut.

 
B.      Iklim
1.       Suhu udara
Tanaman kina dan kopi, misalnya, menyukai dataran tinggi atau suhu rendah, sedangkan karet, kelapa sawit dan kelapa sesuai untuk dataran rendah. Pada daerah yang data suhu udaranya tidak tersedia, suhu udara diperkirakan berdasarkan ketinggian tempat dari permukaan laut. Semakin tinggi tempat, semakin rendah suhu udara rata-ratanya dan hubungan ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus Braak (1928):

26,3⁰ C (0,01 x elevasi dalam meter x 0,6⁰ C) ……………………….[1]

Suhu udara rata-rata di tepi pantai berkisar antara 25-27 C.

2.       Curah hujan
Data curah hujan diperoleh dari hasil pengukuran stasiun penakar hujan yang ditempatkan pada suatu lokasi yang dianggap dapat mewakili suatu wilayah tertentu. Pengukuran curah hujan dapat dilakukan secara manual dan otomatis. Secara manual biasanya dicatat besarnya jumlah curah hujan yang terjadi selama 1 (satu) hari, yang kemudian dijumlahkan menjadi bulanan dan seterusnya tahunan. Sedangkan secara otomatis menggunakan alat-alat khusus yang dapat mencatat kejadian hujan setiap periode tertentu, misalnya setiap menit, setiap jam, dan seterusnya.
 
Untuk keperluan penilaian kesesuaian lahan biasanya dinyatakan dalam jumlah curah hujan tahunan, jumlah bulan kering dan jumlah bulan basah. Oldeman (1975) mengelompokkan wilayah berdasarkan jumlah bulan basah dan bulan kering berturut-turut. Bulan basah adalah bulan yang mempunyai curah hujan >200 mm, sedangkan bulan kering mempunyai curah hujan <100 mm. Kriteria ini lebih diperuntukkan bagi tanaman pangan, terutama untuk padi. Berdasarkan kriteria tersebut Oldeman (1975) membagi zone agroklimat kedalam 5 kelas utama (A, B, C, D dan E). Sedangkan Schmidt & Ferguson (1951) membuat klasifikasi iklim berdasarkan curah hujan yang berbeda, yakni bulan basah (>100 mm) dan bulan kering (<60 mm). Kriteria yang terakhir lebih bersifat umum untuk pertanian dan biasanya digunakan untuk penilaian tanaman tahunan.



C.      Tanah
Faktor tanah dalam evaluasi kesesuaian lahan ditentukan oleh beberapa sifat atau karakteristik tanah di antaranya drainase tanah, tekstur, kedalaman tanah dan retensi hara (pH, KTK), serta beberapa sifat lainnya diantaranya alkalinitas, bahaya erosi, dan banjir/genangan.

1.       Drainase tanah
Drainase tanah menunjukkan kecepatan meresapnya air dari tanah atau keadaan tanah yang menunjukkan lamanya dan seringnya jenuh air.

Kelas drainase tanah disajikan pada Tabel 3. Kelas drainase tanah yang sesuai untuk sebagian besar tanaman, terutama tanaman tahunan atau perkebunan berada pada kelas 3 dan 4. Drainase tanah kelas 1 dan 2 serta kelas 5, 6 dan 7 kurang sesuai untuk tanaman tahunan karena kelas 1 dan 2 sangat mudah meloloskan air, sedangkan kelas 5, 6 dan 7 sering jenuh air dan kekurangan oksigen.


Keadaan penampang tanah pada tanah-tanah yang berdrainase baik, agak baik, agak terhambat dan sangat terhambat disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Keadaan penampang tanah berdasarkan keadaan drainase.
(sumber: Ritung, Sofyan et al, 2007)
 
2.       Tekstur
Tekstur merupakan komposisi partikel tanah halus (diameter ≤ 2 mm) yaitu pasir, debu dan liat. Tekstur dapat ditentukan di lapangan seperti disajikan pada Tabel 4, atau berdasarkan data hasil analisis di laboratorium dan menggunakan segitiga tekstur seperti disajikan pada Gambar 2.

Pengelompokan kelas tekstur adalah:

Halus (h)                              : Liat berpasir, liat, liat berdebu
Agak halus (ah)                    : Lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu
Sedang (s)                           : Lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu, debu
Agak kasar (ak)                   : Lempung berpasir
Kasar (k)                             : Pasir, pasir berlempung
Sangat halus (sh)                  : Liat



Gambar 2. Segitiga tekstur tanah
 (sumber: Ritung, Sofyan et al, 2007)

 3.    Bahan kasar
Bahan kasar adalah persentasi kerikil, kerakal atau batuan pada setiap lapisan tanah, dibedakan menjadi (Ritung, Sofyan et al, 2007):
·         sedikit                   : < 15 %
·         sedang                  : 15 - 35 %
·         banyak                 : 35 - 60 %
·         sangat banyak       : > 60 %

4.      Kedalaman tanah
Kedalaman tanah, dibedakan menjadi (Ritung, Sofyan et al, 2007):
·         sangat dangkal : < 20 cm
·         dangkal            : 20 - 50 cm
·         sedang             : 50 - 75 cm
·         dalam              : > 75 cm
 
5.     Ketebalan gambut
Ketebalan gambut, dibedakan menjadi (Ritung, Sofyan et al, 2007):
·         Tipis                   : < 60 cm
·         sedang                : 60 - 100 cm
·         agak tebal          : 100 - 200 cm
·         tebal                  : 200 - 400 cm
·         Sangat tebal       : > 400 cm

6.       Alkalinitas
Menggunakan nilai persentase natrium dapat ditukar (exchangeable sodium percentage atau ESP) yaitu dengan perhitungan (Ritung, Sofyan et al, 2007):

………………………………… [2]


Nilai ESP 15% sebanding dengan nilai sodium adsorption ratio atau SAR 13:
 
………………………………… [3]



7.       Bahaya erosi
Tingkat bahaya erosi dapat diprediksi berdasarkan kondisi lapangan, yaitu dengan cara memperhatikan adanya erosi lembar permukaan (sheet erosion), erosi alur (rill erosion), dan erosi parit (gully erosion). Pendekatan lain untuk memprediksi tingkat bahaya erosi yang relatif lebih mudah dilakukan adalah dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang (rata-rata) pertahun, dibandingkan tanah yang tidak tererosi yang dicirikan oleh masih adanya horizon A. Horizon A biasanya dicirikan oleh warna gelap karena relatif mengandung bahan organik yang lebih tinggi. Tingkat bahaya erosi tersebut disajikan dalam Tabel 5.
 
8.       Bahaya banjir/genangan
Banjir ditetapkan sebagai kombinasi pengaruh dari: kedalaman banjir (X) dan lamanya banjir (Y). Kedua data tersebut dapat diperoleh melalui wawancara dengan penduduk setempat di lapangan. Bahaya banjir dengan simbol Fx,y. (dimana x adalah simbol kedalaman air genangan, dan y adalah lamanya banjir) disajikan dalam Tabel 6.



9.       Kemasaman tanah
Ditentukan atas dasar pH tanah pada kedalaman 0-20 cm dan 20-50 cm (Tabel 7).




D.      Sosial, Kelembagaan dan Pengembangan
Aspek-aspek sosial (manusia) utamanya aspek sosial kemasyarakatan, kelembagaan dan pengembangan, di kumpulkan dengan menggunakan metode wawancara langsung terhadap pihak instansi, akademisi, pengelola obyek, maupun masyarakat setempat. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kebijakan-kebijakan maupun masukan-masukan terkait pengembangan pariwisata di Objek Wisata, sehingga nantinya dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam melakukan proses analisis dan penentuan arahan pengembangan. Berikut tabel 8 menyajikan keperluan teknik wawancara:



Selain metode wawancara pengamatan observasi  lapangan juga memerlukan sebuah pengelolaan dalam proses pengamatan lapangan yang  dilakukan  secara langsung  pada  Objek  Wisata  yang diamati.  Data  ini  akan  digunakan  sebagai input  untuk  mengetahui  karaktetistik  supply  pada  objek  wisata  sehingga nantinya dapat digunakan dalam penentuan arahan pengembangan objek wisata. Pada tabel 9 berikut tersaji keperluan pengamatan observasi lapangan yang dimodifikasi dari Yoeti (1997) dan Sastrawati (2003):


OBSERVASI KESESUAIAN LAHAN WISATA - PENDAHULUAN

PENDAHULUAN | KUALITAS DAN KARAKTERISTIK LAHAN | KRITERIA | METODOLOGI KEGIATAN | DAFTAR PUSTAKA | FORM KUISIONER | PENGUKURAN FISIK LAHAN DI LAPANGAN | PENGUKURAN pH TANAH



A.  Evaluasi Sumberdaya Lahan dalam Kajian Geografi
Adalah sebuah kecerobohan bagi semua cabang ilmu pengetahuan dan teknologi yang dalam penerapannya tidak memahami dan menerapkan hakikat dan konsep geografi (buta geografi). Bahwa semua cabang ilmu pengetahuan empiris yang masing-masing mempelajari gejala (phenomena) di permukaan bumi tanpa memahami dan peduli sistem interrelasi, interaksi, dan interdependensi bagian permukaan bumi (space, area, wilayah, kawasan) itu dengan manusia pasti akan membuat kerusakan di muka bumi. Ilmu pengetahuan ekonomi misalnya yang paling depan kepada usaha pemenuhan kebutuhan manusia, sepanjang sejarahnya hingga kini, belum mampu menawarkan kepastian-kepastian, bahkan sering berhadapan dengan ketidak pastian dalam usahanya mensejahterakan manusia. Bahkan di satu sisi ilmu ekonomi telah melahirkan teknik-tehnik (trik-trik) bagi manusia berbuat serakah dalam mengelola sumberdaya alam dan sumberdaya manusia. Para ahli ekonomi masih terperangkap dalam pertarungan ideologi dan sistem ekonomi politik, kapitalisme dan sosialisme.

      Ada dua hal yang penting untuk dipahami dalam geografi, yaitu:
a.   Obyek material studi geografi yaitu geosfer terdiri dari lithosfer, hidrosfer, atmosfer, biosfer dan antroposfer.
b.   Obyek formal geografi yaitu pendekatan geografi terdiri dari pendekatan keruangan (patial approach), pendekatan ekologi (ecological approach) dan pendekatan kompleks wilayah (regional compleks approach).

Geografi mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya pada suatu ruang dan waktu. Dengan demikian materi geografi bersumber dari keadaan nyata di muka bumi baik gejala fisis maupun sosial. Maka pelajaran geografi tidak cukup di dalam kelas saja, tetapi perlu diaktualisasikan di lapangan sebagai pengalaman belajar yang sesungguhnya.

Dalam kajian Geografi, evaluasi lahan tidak terbatas hanya pada penilaian karakteristik lingkungan, tetapi mencakup analisis ekonomi, sosial dan dampak lingkungan. Evaluasi lahan merupakan penghubung anatara berbagai aspek kualitas fisik, biologi dan teknologi penggunaan lahan dengan tujuan sosial ekonominya.

Fungsi evaluasi lahan memberikan pengertian tentang hubungan antara kondisi lahan dan penggunaannya serta memberikan kepada perencana berbagai perbandingan dan alternatif pilihan pengunaan yang dapat diharapkan berhasil, dengan demikian manfaat mendasar dari evaluasi lahan adalah untuk menilai kesesuain lahan bagi suatu penggunaan tertentu serta memprediksi konsekuensi-konsekuensi dari perubahan penggunaan lahan yang mungkin dilakukan. Kegunaan terinci dari evaluasi lahan sangat beragam ditinjau dari konteks fisik, ekonomi, sosial, intensitas dan skala dari studi itu sendiri, tujuan serta manfaat bagi si pemakai.

Geografi mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya pada suatu ruang dan waktu. Dengan demikian materi geografi bersumber dari keadaan nyata di muka bumi baik gejala fisis maupun sosial. Maka pelajaran Evaluasi Sumberdaya Lahan di geografi tidak cukup di dalam kelas saja, tetapi perlu diaktualisasikan di lapangan sebagai pengalaman belajar yang sesungguhnya. Oleh karena itu agar pembelajaran Evaluasi Sumberdaya Lahan bagi mahasiswa geografi dapat berhasil dengan baik perlu diadakan kegiatan studi lapangan atau Praktikum Lapangan dengan dipersiapkan secara matang dari segi prosedur (strategi), materi dan pembimbingan sehingga diharapkan dapat diperoleh hasil yang optimal.


B.  Konsep dan Topik Dasar Mengenai Lahan

Pada dasarnya evaluasi sumber daya lahan membutuhkan keterangan-keterangan yang menyangkut tiga aspek utama, yaitu: lahan, penggunaan lahan, dan aspek ekonomi. Evaluasi lahan adalah proses penilaian penampilan atau keragaan (perfomance) lahan jika dipergunakan untuk tujuan tertentu, meliputi pelaksanaan dan interpretasi survei dan studi bentuklahan, tanah, vegetasi, iklim, dan aspek lahan lainnya, agar dapat mengidentifikasi, dan membuat perbandingan berbagai penggunaan lahan yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976 dalam Arsyad, 1989).

Evaluasi sumber daya lahan memiliki arti yang sangat penting dimana evaluasi sumberdaya lahan menurut Sitorus (1995), berfungsi untuk memberikan pengertian tentang hubungan-hubungan antara kondisi lahan dan penggunaannya serta memberikan kepada perencana berbagai perbandingan dan alternatif pilihan penggunaan yang dapat diharapkan berhasil.

Lahan merupakan bagian dari bentang alam yang mencakup pengertian lingkungan fisik temasuk iklim, topografi, hidrologi bahkan keadaan vegetasi alami yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan. Lahan dalam arti yang lebih luas termasuk yang telah diolah oleh aktivitas manusia baik masa lalu maupun masa kini (Arsyad, 1989). Evaluasi lahan adalah proses penilaian, penampilan atau keragaan (perfomance) lahan untuk tujuan tertentu, meliputi pelaksanaan dan interpretasi survei dan studi bentuklahan, tanah, vegetasi, iklim dan aspek lahan lainnya agar dapat mengidentifikasi dan mengadakan perbandingan berbagai penggunaan lahan yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976 dalam Arsyad, 1989).

Evaluasi lahan bertujuan untuk mengetahui potensi atau nilai dari suatu areal untuk penggunaan tertentu yang memberikan harapan positif. Evaluasi tidak terbatas hanya pada penilaian karakteristik lingkungan, tetapi mencakup analisis-analisis ekonomi, sosial, dan dampak lingkungan (Worosuprodjo, S, 1997). Evaluasi lahan merupakan penghubung antara berbagai aspek kualitas fisik, biologi, dan teknologi penggunaan lahan dengan tujuan sosial ekonominya (Jamulya, Yunianto, 1993).

      1.   Konsep evaluasi dan kesesuaian lahan 

Evaluasi lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji. Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi dan/atau arahan penggunaan lahan sesuai dengan keperluan.

Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini (kesesuaian lahan aktual) atau setelah diadakan perbaikan (kesesuaian lahan potensial).

Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan berdasarkan data sifat biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan tersebut diberikan masukan-masukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala. Data biofisik tersebut berupa karakteristik tanah dan iklim yang berhubungan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang dievaluasi. Kesesuaian lahan potensial menggambarkan kesesuaian lahan yang akan dicapai apabila dilakukan usaha-usaha perbaikan. Lahan yang dievaluasi dapat berupa hutan konversi, lahan terlantar atau tidak produktif, atau lahan pertanian yang produktivitasnya kurang memuaskan tetapi masih memungkinkan untuk dapat ditingkatkan bila komoditasnya diganti dengan tanaman yang lebih sesuai.

           2. Klasifikasi kesesuaian lahan

Struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka FAO (1976) dapat dibedakan menurut tingkatannya, yaitu tingkat Ordo, Kelas, Subkelas dan Unit. Ordo adalah keadaan kesesuaian lahan secara global. Pada tingkat ordo kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai (S=Suitable) dan lahan yang tidak sesuai (N=Not Suitable).

Kelas adalah keadaan tingkat kesesuaian dalam tingkat ordo. Berdasarkan tingkat detail data yang tersedia pada masing-masing skala pemetaan, kelas kesesuaian lahan dibedakan menjadi: (1) Untuk pemetaan tingkat semi detail (skala 1:25.000-1:50.000) pada tingkat kelas, lahan yang tergolong ordo sesuai (S) dibedakan ke dalam tiga kelas, yaitu: lahan sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), dan sesuai marginal (S3). Sedangkan lahan yang tergolong ordo tidak sesuai (N) tidak dibedakan ke dalam kelas-kelas. (2) Untuk pemetaan tingkat tinjau (skala 1:100.000-1:250.000) pada tingkat kelas dibedakan atas Kelas sesuai (S), sesuai bersyarat (CS) dan tidak sesuai (N).

·         Kelas S1 :
Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti atau nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan, atau faktor pembatas bersifat minor dan tidak akan berpengaruh terhadap produktivitas lahan secara nyata.
·         Kelas S2 :
Lahan mempunyai faktor pembatas, dan faktor pembatas ini akan berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan (input). Pembatas tersebut biasanya dapat diatasi oleh petani sendiri.
·         Kelas S3 :
Lahan mempunyai faktor pembatas yang berat, dan faktor pembatas ini akan sangat berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan yang lebih banyak daripada lahan yang tergolong S2. Untuk mengatasi faktor pembatas pada S3 memerlukan modal tinggi, sehingga perlu adanya bantuan atau campur tangan (intervensi) pemerintah atau pihak swasta.

Kelas N Lahan yang karena mempunyai faktor pembatas yang sangat berat dan/atau sulit diatasi. Subkelas adalah keadaan tingkatan dalam kelas kesesuaian lahan. Kelas kesesuaian lahan dibedakan menjadi subkelas berdasarkan kualitas dan karakteristik lahan (sifat-sifat tanah dan lingkungan fisik lainnya) yang menjadi faktor pembatas terberat, misal Subkelas S3rc, sesuai marginal dengan pembatas kondisi perakaran (rc=rooting condition).

Unit adalah keadaan tingkatan dalam subkelas kesesuaian lahan, yang didasarkan pada sifat tambahan yang berpengaruh dalam pengelolaannya. Contoh kelas S3rc1 dan S3rc2, keduanya mempunyai kelas dan subkelas yang sama dengan faktor penghambat sama yaitu kondisi perakaran terutama faktor kedalaman efektif tanah, yang dibedakan ke dalam unit 1 dan unit 2. Unit 1 kedalaman efektif sedang (50-75 cm), dan Unit 2 kedalaman efektif dangkal (<50 cm). Dalam praktek evaluasi lahan, kesesuaian lahan pada kategori unit ini jarang digunakan.

     3.   Pendekatan dalam evaluasi lahan

Berbagai sistem evaluasi lahan dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang berbeda seperti sistem perkalian parameter, sistem penjumlahan parameter dan sistem pencocokan (matching) antara kualitas lahan dan karakteristik lahan dengan persyaratan tumbuh tanaman.

Sistem evaluasi lahan yang digunakan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (dulu bernama Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat), Bogor adalah Automated Land Evaluation System atau ALES (Rossiter dan Van Wambeke, 1997). ALES merupakan suatu perangkat lunak yang dapat diisi dengan batasan sifat tanah yang dikehendaki tanaman dan dapat dimodifikasi sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan tentang evaluasi lahan. ALES mencocokkan antara kualitas dan sifat-sifat lahan (Land Qualities/Land Characteristics) dengan kriteria kelas kesesuaian lahan berdasarkan persyaratan tumbuh tanaman. Kriteria yang digunakan dewasa ini adalah seperti yang diuraikan dalam “Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian” (Djaenudin et al., 2003) dengan beberapa modifikasi disesuaikan dengan kondisi setempat atau referensi lainnya, dan dirancang untuk keperluan pemetaan tanah tingkat semi detil (skala peta 1:50.000). Untuk evaluasi lahan pada skala 1:100.000-1:250.000 dapat mengacu pada Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Tingkat Tinjau (skala 1:250.000) (Puslittanak, 1997).

C.  Tujuan Kegiatan
      1.  Tujuan instruksional umum:

Praktikum lapangan ini bertujuan untuk melatih mahasiswa dalam melakukan pengamatan dilapangan berdasarkan fenomena lahan dan kondisi geografis lainnya.

      2.  Tujuan instruksional khusus:

a.       Mahasiswa memahami ruang lingkup kajian Evaluasi Sumberdaya Lahan dalam Geografi.
b.      Mahasiswa mengetahui konsep dan topik dasar mengenai lahan.
c.       Mahasiswa memahami kualitas dan karakteristik lahan diantaranya topografi iklim, tanah, dan sosial kelembagaan.
d.      Mahasiswa mengetahui kriteria kesesuaian lahan untuk daerah wisata/rekreasi
e.      Mahasiswa mampu menggunakan alat dan bahan dalam kegiatan evaluasi karakteristik lahan.
f.        Mahasiswa memahami teknik pengambilan sampling dan pengumpulan data dalam kegiatan evaluasi karakteristik lahan.
g.       Mahasiswa mampu melakukan analisis data dalam kegiatan evaluasi karakteristik lahan.
h.      Mahasiswa mampu membuat sebuah laporan dalam kegiatan evaluasi karakteristik lahan dalam kaidah ilmiah secara baik dan benar.


BERBAGI PACAR

Hehehehehe.... just kidding.....

yang diatas itu hanyalah judul saja, sebenarnya yang saya mau bagi disini adalah skripsi saya. Setelah genap 8 tahun nongkrong di Universitas Negeri Makassar ahirnya kampus itu harus dilepas dengan tiket skripsi yang berjudul "Pemetaan Agihan dan Tingkat Kerapatan Jenis Mangrove di Pulau Tanakeke Kabupaten Takalar dengan Menggunakan Citra SatelitSPOT IV".  Saya mengerjakan skripsi tersebut dengan menggunakan software pengolah data penginderaan jauh ErMapper dan software MapInfo.

Buat yang ingin mendownload versi PDFnya juga telah saya siapkan link husus untuk itu. saya sangat berharap ada saran dan kritik untuk mengenainya.

Saya juga sadar kalau skripsi tersebut saya buat tidak sepenuhnya murni "HALAL"... tapi itulah batas kemampuan saya (dari pada saya harus trus nongkrong di kampus..he..he..he...).
Saya ucapkan terima kasih bagi semua pihak yang pernah membantu saya menyelesaikan skripsi tersebut, dan saya juga meminta maaf bagi yang telah aku "ciplak" tulisannya dan saya masukkan di kajian pustaka. Khusus mengenai hasil dan pembahasan harus kuakui kalau hal itu adalah hasil kerja keras saya.
bla..bla...bla.... (saya benci basa basi...) langsung saja kunjungi  skripsi samrumi yang beralamat di http://geoblog-unm.blogspot.com/


Pulau Tanakeke Kabupaten Takalar

Konsep dan Topik Dasar Mengenai Lahan

Dalam bidang kegeografian, membicarakan lahan adalah sebuah hal yang sangat penting dan merupakan kajian yang mendasar. Saya mencoba untuk membuat garis besar mengenai topik-topik tentang lahan yang menjadi referensi secara pribadi demi tetap terjaganya ingatan saya tentang lahan :-D hehehehehe.....

Saya memulai mengenai pengantar Evaluasi lahan, dst....dst....dst...


Topik : Pengantar Evaluasi Lahan

 

1.       Menjelaskan hakekat eavaluasi lahan

Pada dasarnya evaluasi sumber daya lahan membutuhkan keterangan-keterangan yang menyangkut tiga aspek  utama  yaitu : lahan, penggunaan lahan, dan aspek ekonomi.

Evaluasi lahan adalah proses penilaian penampilan atau keragaan (perfomance) lahan jika dipergunakan untuk tujuan tertentu, meliputi pelaksanaan dan interpretasi survei dan studi bentuklahan, tanah, vegetasi, iklim, dan aspek lahan lainnya, agar dapat mengidentifikasi, dan membuat perbandingan berbagai penggunaan lahan yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976 dalam Arsyad, 1989).

 

2.       Menjelaskan pentingnya evaluasi lahan

Evaluasi sumber daya lahan berfungsi untuk memberikan pengertian tentang hubungan- hubungan antara kondisi lahan dan penggunaannya serta memberikan kepada perencana berbagai perbandingan dan alternatif pilihan penggunaan yang dapat diharapkan berhasil (Sitorus, 1995).

 

3.       Menjelaskan pendekatan dalam evaluasi lahan

Ada dua pendekatan yang digunakan dalam evaluasi lahan yaitu :

a.        Evaluasi kualitatif yaitu evaluasi yang dilaksanakan dengan cara mengelompokkan lahan ke dalam beberapa kategori berdasarkan perbandingan relatif kualitas lahan tanpa melakukan secara terperinci dan tepat biaya dan pendapatan bagi penggunaan lahan tersebut, dan

b.       Evaluasi kuantitatif yaitu evaluasi lahan dinyatakan dalam term ekonomi berupa masukan (input) dan keluaran (output). Pendekatan evaluasi lahan di dalam penelitian ini adalah evaluasi secara kualitatif (Arsyad, 1989).

 

Topik: Batasan dan Ruang Lingkup Evaluasi Lahan

 

1.       Menjelaskan Batasan Evaluasi Lahan

Lahan merupakan lingkungan yang komplek dimana terdiri dari iklim, relief, tanah, hidrologi, vegetasi, dan semua mahluk hidup yang berperan dalam penggunaannya. Oleh sebab itu evaluasi lahan merupakan penilaian terhadap keragaan (performance) dari lahan untuk berbagai tujuan penggunaan yang spesifik (FAO, 1976 dalam Hakim,2002).

 

2.       Menjelaskan Ruang Lingkup Evaluasi Lahan

Lahan merupakan bagian dari bentang alam yang mencakup pengertian lingkungan fisik temasuk iklim, topografi, hidrologi bahkan keadaan vegetasi alami yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan. Lahan dalam arti yang lebih luas termasuk yang telah diolah oleh aktivitas manusia baik masa lalu maupun masa kini (Arsyad, 1989). Evaluasi lahan adalah proses penilaian,  penampilan atau keragaan (perfomance) lahan untuk tujuan tertentu, meliputi pelaksanaan dan interpretasi survei dan studi bentuklahan, tanah, vegetasi, iklim dan aspek lahan lainnya agar dapat mengidentifikasi dan mengadakan perbandingan berbagai penggunaan lahan yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976  dalam Arsyad, 1989).

 

3.       Menjelaskan Tujuan Evaluasi Lahan

Evaluasi lahan bertujuan untuk mengetahui potensi atau nilai dari suatu areal untuk penggunaan tertentu yang memberikan harapan positif. Evaluasi tidak terbatas hanya pada penilaian karakteristik lingkungan, tetapi mencakup analisis-analisis ekonomi, social, dan dampak lingkungan (Worosuprodjo, S, 1997). Evaluasi lahan merupakan penghubung antara berbagai aspek kualitas fisik, biologi, dan teknologi penggunaan lahan dengan tujuan sosial ekonominya (Jamulya, Yunianto, 1993).

 

4.       Menjelaskan Manfaat Evaluasi Lahan

membantu kepentingan upaya pemanfaatan lahan secara optimal disertai dengan tindakan konservasi agar tidak terjadi kerusakan pada lahan yang pada akhirnya akan diperoleh hasil yang optimal dan lestari.

 

5.       Menjelaskan Pendekatan Evaluasi Lahan

Ada dua pendekatan yang digunakan dalam evaluasi lahan yaitu :

a.        Evaluasi kualitatif yaitu evaluasi yang dilaksanakan dengan cara mengelompokkan lahan ke dalam beberapa kategori berdasarkan perbandingan relatif kualitas lahan tanpa melakukan secara terperinci dan tepat biaya dan pendapatan bagi penggunaan lahan tersebut, dan

b.       evaluasi kuantitatif yaitu evaluasi lahan dinyatakan dalam term ekonomi berupa masukan (input) dan keluaran (output). Pendekatan evaluasi lahan di dalam penelitian ini adalah evaluasi secara kualitatif (Arsyad, 1989).

 

6.       Menjelaskan Penyajian Hasil Evaluasi Lahan

Penyajian hasil evaluasi lahan dibedakan:

a.        Evaluasi lahan secara kualitatif; yakni hasil evaluasi lahan dinyatakan secara kualitatif tanpa merinci tentang besar produksi, masukan, ataupun keuntungan bersih.

b.       Evaluasi lahan secara kuantitatif; yakni hasil evaluasi lahan dinyatakan dalam angka, sehingga dapat membandingkan beberapa tipe penggunaan lahan. Evaluasi lahan kuantitatif dibedakan dalam kuantitatif fisik dan ekonomi.

 

7.       Menjelaskan Tipe Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan digolongkan ke dalam dua kelompok besar yaitu : penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian. Penggunaan lahan pertanian secara garis besar dibedakan ke dalam penggunaan lahan berdasarkan atas penyediaan air dan komoditi yang diusahakan, dimanfaatkan atau yang terdapat di lahan tersebut. Hal ini dikenal macam penggunaan lahanseperti tegalan, sawah, kebun kopi, kebun karet, padang rumput, hutan produksi, hutan lindung,padang alang- alang, dan sebagainya (Arsyad, 1989).

Contoh  pengelompokan tipe penggunaan lahan adalah sebagai berikut :

a.        Perladangan

b.       Tanaman semusim campuran, tanah darat, tidak intensif

c.        Tanaman semusim campuran, tanah darat, intensif

d.       Sawah, satu kali setahun, tidak intensif

e.       Sawah, dua kali setahun,intensif

f.         Perkebunan rakyat (karet, kopi, cokelat, atau jeruk), tidak intensif

g.        Perkebunan rakyat intensif 

h.       Perkebunan besar, tidak intensif

i.         Perkebunan besar, intensif

j.         Hutan produksi, alami

k.        Hutan produksi, tanaman pinus, dan sebagainya

l.         Padang pengembalaan, tidak intensif

m.      Hutan lindung

n.       Cagar alam

 

8.       Menjelaskan Sifat-sifat lahan

Berdasarkan sifat-sifat dari penggunaan lahan, lahan dibedakan berdasarkan iklim, landform (litologi dan topografi), tanah dan hidrologi sehingga terbentuk satuan lahan. Dari satuan lahan tersebut yang digunakan menjadi dasar keperluan analisis dan interpretasi dalam menilai potensi atau kesesuaian lahan untuk suatu peruntukan dari lahan tersebut.

 

9.       Menjelaskan Kualitas / karakteristik  pembatas lahan

Kualitas lahan adalah sifat-sifat atau “atribut” yang kompleks dari suatu lahan. Masing-masing kualitas lahan mempunyai keragaman tertentu yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi penggunaan tertentu. Kualitas lahan kadang dapat diduga atau diukur secara langsung dilapangan, tetapi umumnya ditetapkan dari pengertian karakteristik lahan.

 

10.    Menjelaskan Persyaratan tumbuh tanaman

Semua untuk tanaman untuk dapat tumbuh dan berproduksi memerlukan persyaratan tertentu, persyaratan tersebut terutama untuk energy radiasi, temperature yang cocok untuk pertumbuhan, kelembaban, oksigen, dan unsure hara. Peryaratan temperature dan kelmbaban sering digabungkan disebut periode pertumbuhan (FAO, 1976). Persyaratan tumbuh tanaman lainnya adalah yang tergolong sebagai kualitas lahan media perakaran. Media perakaran terdiri dari : drainase, tektur, struktur, konsistensi, dan kedalaman efektif tanah.

 

11.    Menjelaskan Evaluasi kesesuaian lahan

Kesesuaian lahan (land suitability) adalah sistem klasifikasi kecocokan suatu lahan untuk penggunaan tertentu (FAO, 1976) sedangkan pengertian kesesuaian lahan menurut Huizing (1991) kesesuaian lahan dipergunakan untuk maksud-maksud klasifikasi yang lebih detail, seperti kecocokan untuk jenis tanaman tertentu, spesies pohon dan tipe bangunan tertentu. Jadi kesesuaian lahan adalah sistem klasifikasi kecocokan untuk jenis tanaman tertentu. Di samping itu, pada kesesuaian lahan juga memasukkan istilah masukan (input) seperti jumlah bibit dan jumlah pupuk, biaya dan jangka waktu investasi.

 

12.    Menjelaskan Evaluasi kesesuaian Lahan aktual

Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan saat ini merupakan kelas kesesuaian lahan yang dihasilkan berdasarkan data yang tidak ada dan tidak mempertimbangkan asumsi atau usaha perbaikan dan tingkat pengelolaan yang dapat dilakukan untuk mengatasi faktor-faktor pembatas yang ada di setiap satuan lahan. Sebagaimana diketahui bahwa faktor pembatas yang diduga terdapat pada satuan lahan yang dievaluasi, ada sifatnya permanen/tidak ekonomis untuk diperbaiki dan secara ekonomis masih menguntungkan dengan teknologi yang tepat (Zhiddiq, 2003).

 

13.    Menjelaskan Evaluasi kesesuaian Lahan potensial

Kesesuaian lahan potensial menyatakan keadaan kesesuaian lahan yang akan dicapai setelah dilakukan usaha-usaha perbaikan atau improvemen. Dalam hal ini perlu adanya perincian faktor-faktor ekonomis dalam menduga biaya yang diperlukan untuk perbaikan-perbaikan (Zhiddiq, 2003).


Topik: Cara penelitian kemampuan lahan

 

1.       Menjelaskan bahan penelitian evaluasi kemampuan lahan

a.        Citra Foto Udara Pangkhromatik Hitam Putih  skala 1 : 25.000, diterbitkan oleh Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL).

b.       Peta Rupabumi skala 1 :  50.000, diterbitkan oleh Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL).

c.        Peta Geologi skala 1 : 100.000 yang dikeluarkan Badan Pertanahan Nasional.

d.       Peta Jenis Tanah skala 1 : 100.000 yang dikeluarkan Badan Pertanahan.

e.       Peta Penggunaan Lahan skala 1 : 100.000 yang dikeluarkan Badan Pertanahan Nasional.

 

2.       Menjelaskan alat penelitian evaluasi kemampuan lahan

Alat pengukuran lapangan:

a.        Global Position System (GPS), untuk penentuan posisi di permukaan bumi (titik koordinat).

b.       Abney level, untuk mengukur kemiringan lereng

c.        Kompas geologi, untuk mengetahui arah azimuth dan kemiringan lereng.

d.       Roll meter, untuk mengukur kedalaman efektif tanah dan panjang lereng.

e.       Pisau lapang, untuk meratakan profil tanah dan untuk pengamatan struktur tanah.

f.         Buku Munsell Soil Colur Chart, untuk mengamati warna tanah

g.        Cangkul dan Sekop, untuk membuat profil tanah.

h.       Ring sampel, untuk analisis permeabilitas

i.         Plastik, tempat sampel tanah

j.         Alat tulis menulis, untuk kegiatan pencatatan hasil pengukuran dan pengamatan.

k.        Kamera, untuk dokumentasi

Alat Laboratorium:

a.        Untuk menentukan permeabilitas tanah : tabung kuningan, gelas ukur, penyaring dan air bersih.

b.       Untuk penetapan bahan organik digunakan alat : timbangan, tabung erlenmeyer250 ml, pipet tetes dan alat untuk penetrasi.

c.        Untuk analisis tekstur tanah : gelas piala 800 ml, ayakan 2 mm, gelas silinder 500 ml, hidrometer, pinggang aluminium, saringan 0,05 mm, sprayer, mesin pengocok/pengaduk corong plastik, oven tanah 1050C, neraca analitik ketelitian 4 desimal, dan tissu roll.

d.       Kaca pembesar (loupe), untuk interpretasi citra foto udara hitam putih.

e.       Komputer untuk membuat peta dengan menggunakan software Map Info version 7.5.

 

3.       Menjelaskan tahap penelitian evaluasi kemampuan lahan

Penelitian evaluasi kemapuan lahan dibagi secara tiga tahap yaitu pra kegiatan lapangan, kegiatan lapangan, dan pasca kegiatan lapangan. Ketiga kegiatan tersebut diuraikan sebagai berikut:

Pra kegiatan lapangan

a.        Studi kepustakaan yang relevan dengan kegiatan penelitian

b.       Menyusunan proposal penelitian

c.        Mengurus surat izin penelitian

d.       Mengumpulkan bahan dan alat penelitian (nomor 2)

e.       Mendeliniasi batas DAS (lokasi penelitian) dengan menggunakan peta rupabumi skala 1 : 50.000. Kegiatan deliniasi dilakukan dengan cara memperhatikan garis kontur yang menunjukkan igir dan lembah. Penarikan garis (deliniasi) untuk batas DAS dilakukan sepanjang garis kontur yang merupakan igir-igir pegunungan.

f.         Membuat peta kelas kemiringan lereng tentatif berdasarkan peta rupabumi skala 1: 50.000. Pembuatan peta kelas lereng dengan menggunakan metode Wentworth dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : membagi peta topografi dalam grid-grid dengan ukuran tertentu (1 cm x 1 cm), membuat diagonal dalam grid yang memotong dan kurang lebih tegak lurus dengan kontur, mengukur panjang diagonal (L), menghitung jumlah kontur yang terpotong garis diagonal (N), kemudian dilanjutkan dengan menghitung besar lereng dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

α  =         

Dimana :                                                                     

α   = besar lereng                                                      L = panjang diagonal dalam peta

N = jum kontur yang terpotong                               S = angka penyebut dalam skala       

lk =interval kontur

 (Sungkowo dan Wiyono, 1994)

 

g.        Membuat peta bentuklahan skala 1 : 25.000 melalui interpretasi citra foto udara hitam putih skala 1 : 25.000. Interpretasi citra dilakukan  berdasarkan  7 (tujuh) kunci interpretasi yaitu : rona, warna, tekstur, bentuk, ukuran, pola, bayangan dan situs dengan menggunakan kaca pembesar (loupe), dan dengan kontrol melalui interpretasi peta rupabumi skala 1 :50.000 informasi/data tentang morfometri (kemiringan lereng, panjang dan bentuk lereng), relief dan kesan topografi  diperoleh  dengan memperhatikan pola dan kerapatan garis kontur. Pembuatan peta bentuk lahan juga tidak terlepas dari interpretasi peta geologi yang digunakan untuk mengetahui jenis/macam batuan dan struktur geologi.

h.       Membuat peta satuan lahan tentatif skala 1 : 25.000 dengan menggunakan teknik tumpangsusun (overlay) melalui komputer dengan menggunakan software map info version 7.5. Adapun peta-peta yang dioverlay yaitu : kemiringan lereng, bentuklahan,  jenis tanah, dan peta penggunaan lahan.

i.         Menentukan titik sampel secara acak dengan pendekatan satuan lahan.

j.         Merencanakan kerja lapang dan membuat jadwal kegiatan

Kegiatan lapangan

a.        Uji lapang (survey) sebagai kegiatan penelitian pendahuluan

b.       Mencocokkan dan membetulkan peta satuan lahan tentatif untuk pembuatan satuan lahan akhir

c.        Mengamati dan melakukan pengukuran terhadap parameter-parameter lahan untuk penentuan kelas kemampuan lahan. Parameter-parameter tersebut meliputi:  kemiringan lereng, tingkat erosi, kedalaman efektif tanah, tekstur (lapisan atas dan lapisan bawah), struktur tanah, singkapan batuan, darinase dan ancaman banjir

d.       Pengambilan sampel tanah terusik dan tidak terusik untuk analisis di laboratorium. Sampel tanah terusik digunakan untuk analisi kandungan bahan organik dan tekstur tanah, sedangkan sampel tanah tidak terusik untuk analisis permeabilitas

e.       Pengumpulan data curah hujan pada Kantor Meteorologi dan Geofisika (BMG) atau pada instansi yang terkait.

Pasca kegiatan lapangan

a.        Menganalisis sampel tanah di laboratorium, meliputi analisis permeabilitas,  tekstur, dan kandungan bahan organik

b.       Mentabulasikan data-data hasil pengamatan lapang dan  analisis laboratorium

c.        Menganalisis data dengan metode perbandingan (matching) dengan tehnik analisis tabularis  untuk menentukan kelas kemampuan lahan

d.       Pembuatan peta kemampuan lahan dan peta tingkat kesesuaian bentuk penggunaan lahan dengan kelas kemampuan lahan menggunakan Software Map Info Version 7,5.

 

4.       Menjelaskan variabel penelitian evaluasi kemampuan lahan

Variabel merupakan indikator terpenting dalam suatu penelitian. Menurut Masri Sangarimbun (1985) bahwa variabel yaitu konsep yang diberi nilai lebih dari satu nilai dan salah satu ciri pokoknya adalah berbentuk dikrit (diskrite) atau variabel bersambung (continius). Sudjana (1987) mengatakan bahwa varibel merupakan ciri dari individu, objek, gejala atau peristiwa yang dapat diukur secara kuantitatif. Hasil pegukuran bisa tetap bisa pula berubah-rubah.

Berdasarkan defenisi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa variabel adalah segala sesuatu yang mempunyai nilai dan menjadi objek pengamatan dalam suatu penelitian. Bertolak dari tujuan penelitan dan uraian di atas, maka variabel yang akan diteliti dalam evaluasi kemampuan lahan yaitu : 1) Kemiringan lereng, 2) Kepekaan erosi tanah, 3) Tingkat erosi, 4) Kedalaman efektif tanah, 5) Tekstur lapisan atas, 6) Tekstur lapisan bawah, 7) Permeabilitas, 8) Drainase, 9) Singkapan batuan,  10) Ancaman Banjir

 

5.       Menjelaskan analisis data evaluasi kemampuan lahan

a.        Tehnik analisis data adalah cara-cara yang digunakan untuk mengolah, mengkaji data dan informasi sehubungan dengan masalah dan tujuan yang ingin dicapai guna untuk menarik kesimpulan (Widoyo, 2001).

b.       Adapun teknik analisis yang digunakan didalam penelitian evaluasi kemampuan lahan adalah : Teknik analisis kartografis, penerapan teknik kartografis didalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan sistem tumpangsusun (overlay) beberapa peta (kemiringan lereng, bentuklahan, jenis tanah dan peta penggunaan lahan) melalui komputer dengan menggunakan  software map info version 7.5. Peta satuan lahan tersebut kemudian dijadikan sebagai acuan didalam penentuan titik sampel yaitu dengan menggunakan teknik random sampling.

c.        Teknik analisis tabulasi, dengan metode perbandingan (matching) berdasarkan kriteria Arsyad (1989). Artinya karakteristik lahan (kemiringan lereng, kepekaan erosi tanah, tingkat erosi, kedalaman efektif tanah, tekstur lapisan atas, tekstur lapisan bawah, struktur, permeabilitas, drainase, singkapan batuan, ancaman banjir) yang diperoleh dari hasil pengukuran lapang dan laboratorium diinventarisasi dalam bentuk tabel berdasarkan sistem pengklasifikasian yang dikemukakan oleh Arsyad (1989). Setiap satuan lahan pada dasarnya adalah berbeda, yakni memiliki karakteristik tersendiri.

d.       Teknik analisis deskriptif dengan pendekatan keruangan, juga digunakan didalam penelitian ini untuk memberikan gambaran dan penjelasan dalam konteks keruangan terhadap agihan (persebaran) dan gejala faktor pembatas pada tiap satuan lahan yang ada di lokasi penelitian.

 

 Topik: Cara penelitian kesesuaian lahan

 

1.       Menjelaskan bahan penelitian evaluasi kesesuaian lahan

Bahan penelitian untuk evaluasi kesesuaian lahan adalah:

a.        Peta tanah tinjau skala 1 : 125.000

b.       Peta topografi skala 1 : 50.000

c.        Peta penggunaan lahan skala 1 : 50.000

d.       Peta lereng skala 1 : 50.000

e.       Peta bentuk lahan 1 : 50.000

f.         Peta geologi skala 1 : 250.000

g.        Citra foto udara pangkromatik hitam putih skala 1 : 25.000

h.       Data curah hujan selama 11 tahun terakhir

i.         Data produksi vegetasi yang dianalisa dari setiap satuan lahan kaitannya dengan karakteristik lahannya

j.         Bahan-bahan kimia untuk analisis sifat-sifat fisik dan kimia tanah di lapangan dan bahan kimia untuk analisis tanah di laboratorium

 

2.       Menjelaskan alat penelitian evaluasi kesesuaian lahan

a.        Alat laboratorium

1)       Streoskop cermin untuk interpretasi foto udara

2)       Transparansi

3)       Pelengkap laboratorium untuk analisis tanah mengenai tekstur, KT, PH, N-total, P2O5 – tersedia, K2O – tersedia, toksisitas, dan drainase

4)       Kertas kalkir

5)       Pensil warna

6)       Rotring

7)       Mistar

b.       Alat Lapangan

1)       Altimeter

2)       Bor tanah

3)       Klinometer

4)       Kompas geologi

5)       Roll meter

6)       Palu geologi

7)       Sekop

8)       Cangkul

9)       Parang

10)   Pisau belati

11)   Kantong pelastik

12)   Soil test kits

13)   Kamera

14)   Kaca pembesar (loupe)

15)   Ring sampel

16)   Buku pedoman pengamatan tanah dilapangan, dll

c.        Alat bantu untuk analisa peta

 

3.       Menjelaskan tahap penelitian evaluasi kesesuaian lahan

Adapun langkah‑langkah penelitian yang dilaksanakan berdasarkan tahapan tahapan sebagai berikut :

a.        Tahap Persiapan

Pada lahap ini dilakukan beberapa hal yaitu :

1)       Observasi awal wilayah penelitian.

2)       Studi perpustakaan yang berkaitan dengan topik dan permasalahan penelitian.

3)       Mempersiapkan peta pengguanaan lahan, peta tanah, peta kemiringan lereng dan peta geologi.

4)       Membuat peta satuan lahan dengan cara overlay empat peta tematik yaitu: peta penggunaan lahan, peta tanah, peta kemiringan lereng dan peta geologi.

5)       Menentukan unit satuan lahan sebagai titik sampel berdasarkan hasil overlay.

6)       Menyusun surat izin penelitian.

b.       Tahap Pengumpulan Data

Kegiatan pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu melakukan serangkaian kerja untuk memperoleh data primer dan data sekunder.

1)       Pengumpulan data primer

Data primer dikumpulkan secara langsung di lapangan melalui pengarnatan dan pengukuran kualitas/karakteristik lahan, seperti tekstur tanah, pH tanah, drainase tanah, kedalaman efektif tanah. Data primer yang lain di analisis di laboratorium antara lain: P2O5, N Total, K2O, pH tanah, tekstur tanah, KTK.

2)       Pengumpulan data sekunder

Data sekunder dikumpulkan dari kantor atau instansi yang terkait seperti: data curah hujan, intensitas radiasi matahari beserta peta dan lainnya yang diperlukan.

c.        Tahap Pengolahan dan Analisis

Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan meliputi :

1)       Mengolah data, baik data primer maupun data sekunder kemudian mengklasifikasikan data tersebut ke dalam sesuai dengan keperluan.

2)       Interpretasi peta‑peta tematik yang didapat dari kantor atau instansi terkait dengan menghitung luas berdasarkan satuan lahan.

3)       Menganalisis data untuk menentukan kesesuaian dalam lahan tanaman dengan karakteristik lahan.

4)       Menganalisis peta penggunaan lahan dan peta kesesuaian lahan untuk menentukan lokasi tanaman .

d.       Tahap Penyusunan Hasil Penelitian

Semua data yang telah diolah dan dianalisis, selanjutnya disusun secara sistematis dalam bentuk laporan. Laporan akhir dilengkapi dengan peta tematik berupa; peta lokasi sampel tanah, peta lokasi penelitian, peta administrasi, peta jenis tanah, peta pH tanah, peta tekstur tanah, peta drainase tanah, peta kedalaman efektif tanah, peta kemiringan lereng, peta singkapan batuan dan peta kesesuaian lahan untuk tanaman .

 

4.       Menjelaskan variable penelitian evaluasi kesesuaian lahan

Dalam penelitian “Evaluasi Kesesuaian Lahan” terdapat beberapa variabel yang akan dibahas:

a.        Jumlah curah hujan adalah jumlah curahan yang terjadi dan tercatat oleh alat ukur curah hujan setempat yang dinyatakan dengan satuan milimeter (mm/tahun). Rata-rata curah hujan tahunan ditentukan dengan formula sebagai berikut:

Intensitas curah hujan  =   ......... (Hardjowigeno, 1995).

b.       Temperatur rerata tahunan (°C), diperoleh dari stasiun klimatologi, diperoleh dengan mengkonversikan data tersebut dengan rumus Mock. T = 0,006 (Z1–Z2), di mana T = beda suhu udara dari ketinggian Z1–Z2. Z1 = ketinggian stasiun klimatologi (mt), Z2 = ketinggian lokasi penelitian (mt) (Zhiddiq, 2004).

c.        Tekstur tanah. Pada prinsipnya analisis tektur merupakan pemisahan fraksi pasir, debu, dan liat. Penentuannya dilakukan di laboratorium. Kelas tekstur tanah yang digunakan adalah: S1) L, SCL, SiL, C, CL, SiCL, S2) SL, SC, SiC, C, S3) LS, StrC, N1) Td, dan N2) Kerikil, pasir (Zhiddiq, 2004).

d.       pH tanah, tanah sangat menentukan pertumbuhan dan produksi optimal tanaman, pH ditentukan dengan dua larutan yakni; H2O dan KCL dengan menggunakan perbandingan antara contoh tanah dengan larutan 1:2,5 dibedakan: 1) <>

b.       Drainase tanah adalah mudah tidaknya tanah melepaskan air, baik melalui infiltrasi maupun aliran permukaan (run off). Secara kuantitatif data drainase dapat diperoleh dengan pengamatan langsung di lapangan, seluruh lapisan profil tanah dari atas sampai ke bawah diamati berdasarkan ada tidaknya bercak-bercak warna kuning, coklat, atau kelabu (Zhiddiq, 2004).

c.        Kedalaman efektif tanah yaitu kedalaman tanah yang ideal untuk pertumbuhan tanaman, yakni sampai pada lapisan yang tidak dapat ditembus akar tanaman, yang diperoleh dengan mengebor tanah sampai pada lapisan tanah yang tidak dapat ditembus akar tanaman, terdiri dari; 1) sangat dangkal <50> 150 cm (Zhiddiq, 2004).

d.       KTK Tanah, adalah sifat kimia tanah yang erat kaitannya dengan kesuburan tanah. KTK tinggi mampu menyerap dan menyediakan unsur hara yang lebih baik dari pada KTK yang rendah. KTK diamati pada lapisan top soil antara 0‑30 cm. Dibedakan 1) sangat rendah <> 25 (Zhiddiq, 2004).

e.       N Total, berfungsi untuk memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman, dan untuk pembentukan protein, N total dianalisis di laboratorium. Persentase adalah sebagai berikut: 1) 0,51-0,75 ; 0,74 = tinggi; amat tinggi, 2) 0,21‑0,50 = sedang, 3) 0,10‑0,20 rendah, dan 4) <>

f.         P2O5, berfungsi di dalam tanah antara lain untuk pembelahan sel, pembentukan albumin, pembentukan bunga, buah dan biji, mempercepat pematangan, memperkuat batang dan tahan terhadap penyakit (Zhiddiq, 2004). Unsur P2O5 dianalisis di laboratorium penilaiannya adalah sebagai berikut: 1) >20;16-20 = amat tinggi; tinggi, 2) 11‑15 = sedang, 3) 5‑10 = rendah, dan 4) <5>

g.        K2O, berfungsi untuk pembentukan pati, mengaktifkan enzim, proses fisiologis dalam tanaman, proses metabolistik dalam sel, dan perkembangan akar. K2O tersedia dianalisis di laboratorium, yang dinilai adalah sebagai berikut: 1) > 60; 41-60 = tinggi; sangat tinggi, 2) 21-40 = sedang, 3) 10-20 = rendah, dan 4) < 10 =" sangat">

h.       Tingkat Bahaya Erosi adalah perkiraan kehilangan tanah maksimum. Pada penelitian ini tingkat bahaya erosi dihitung dengan menggunakan metode tingkat kerapatan sungai. Adapun batasan yang menyatakan besarnya indek karapatan sungai, yaitu : Kurang dari 0,25 km/km2 maka disebut rendah, 0,25-10 km/km2 disebut sedang, 10-25 km/km2 disebut tinggi dan lebih dari 25 km/km2 disebut sangat tinggi (Hardjowigeno, 2003).

i.         Singkapan batuan, ditentukan berdasarkan persentase luasnya di permukaan tanah Singkapan batuan berpengaruh terhadap penggunaan lahan dan pengelolaan lahan. Dinyatakan dalam persen masing‑masing yaitu; <>

j.         Kemiringan lereng yaitu perbandingan antara beda ketinggian dengan jarak mendatar dari dua tempat yang berlainan. Nilai kemiringan lereng dinyatakan dalam satuan persen (Zhiddiq, 2004).

 

5.       Menjelaskan analisis data evaluasi kesesuaian lahan

a.        Teknik statistik deskriptif, yaitu analisis dari data data yang terkumpul baik yang sifatnya primer maupun data sekunder dalam bentuk tabel frekuensi. Dari tabel tersebut, kemudian diinterpretasikan untuk menjelaskan fenomena yang kemudian akan menghasilkan kesimpulan terhadap apa yang tergambar dalam tabel tersebut.

b.       Teknik kartografis, yaitu semua data yang telah terkumpul dari hasil observasi yang telah disusun dalam tabel dapat dipetakan dengan metode tertentu. Peta peta tematik tersebut di overlay satu sama lain dan diinterpretasikan untuk menggambarkan peta kesesuaian lahan.



DAFTAR PUSTAKA

 

Alfandi, Widoyo. 2001. Epistemologi Geografi. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Press.

Arsyad, Sitanala. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB. Bogor.

FAO, 1976. Framework For Land Evolution. FAO Soils Bulletin.Soil Resources Management and Conservation Service Land and Water Development Division.

Hardjowigeno. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.

Jamulya dan Woro Suprojo. Pengantar Geografi Tanah.1993. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 

Sitorus, R. P. S, 1985. Evaluasi Sumber Daya Lahan. Tarsito, Bandung.

Sungkowo, A., dan Wiyono, Yudo. 1994. Petunjuk Praktikum Geomorfologi. Yogyakarta : Laboratorium Geologi Dinamis Seksi Geomorfologi UPN Veteran.

Zhiddiq, S. 2004. Evaluasi Sumber Daya Lahan. Makassar: UNM.

 

[Informasi Tracking Satelit Aqua (Modis) Secara Real Time]